Transparent Sexy Pink Heart RAKHMAT STW: Teknik Pembuatan Medium Kultur/rakhmat stw/unib/mikrobiologi

Rabu, 11 Maret 2015

Teknik Pembuatan Medium Kultur/rakhmat stw/unib/mikrobiologi



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Logo Universitas Bengkulu
                                                                                          

Nama                               : RAHMAD SETIAWAN
 NPM                                         : E1J013062
Judul / Tgl Praktikum      : Teknik Pembuatan Medium Kultur /
26 Maret 2014
Nama Pembimbing                    :  Ir.Hartal,MP
Nama Pelatih ( Coass)     : Redi Agustri



LABORATORIUM ILMU HAMA PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Suatu makluk organisme mikro tentu memiliki suatu standar lingkungan hidup yang memungkinkan organisme tersebut untuk tetap bisa mempertahankan keturunan atau spesiesnya masing-masing. Apabila suatu ekosistem dan habitat suatu organisme berubah maka organisme tersebut harus menyesuaikan diri, namun kemampunan suatu organisme tesebut menyesuaikan dengan lingkunganya cukup terbatas, sehingga jika suatu lingkungan berubah sangat ekstrim mungkin makluk tersebut akan mati atau bahkan punah.
Seiring berkembangnya penemuan para ilmuan membuat suatu medium atau habitat buatan yang memungkinkan organisme tersebut untuk tetap tumbuh dan mempertahankan hidupnya. Cara-cara yang sering di gunakan dalam membuat kultur untuk pengembangan organisme mikro biasanya dengan membuat keadaan yang hampir mendekati habitat aslinya. Selain itu dalam medium kultur buatan seluruh keperluan tumbuh bagi organisme mikro telah disuplai sesuai kebutuhan organisme tersebut sehingga suatu organisme yang di biakan dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal tanpa harus kekurangan unsur perkembangan.
Secara umum ada dua medium kultur yang seing di gunakan dalam pengembangan mikro organisme, yaitu medium nutrient.agar dan medium potato dextrose agar. Pembuatan medium biasanya dilakukan dengan mengektraksi seluruh bahan dan nutrien yang diperlukan organisme dengan air, kemudian di saring dan di sesuaikan tingkat basa atau keasamannya. Mikro organisme yang dikembangkan dengan medium kultur buatan tidak semua dapat tumbuh walaupun mediumnya sudah mendekati habitat aslinya karena beberapa mikro organisme memang tidak bisa di kembang biakan dalam medium buatan.


1.2.Tujuan  
1.      Mahasiswa dapat membedakan resep beberapa medium yang berbeda
2.      Mahasiswa mampu menyediakan dan membuat medium berdasarkan resep yang ada
3.      Mahasiswa mampu melestarikan medium sehingga medium kultur siap pakai



BAB II
DASAR TEORI

Media kultur merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan organisme kultur .  Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis organisme yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.  Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.  Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari perbanyakan organisme yang dilakukan.  Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.  Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Suryowinoto, 1991).
Dalam medium kultur, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk unsure murni, tetapi berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam media tumbuh, garam-garam mineral itu haruslah lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi tertentu, sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai dengan ketentuan sebagai pelarut dipakai akuades (Yuwono, 2008).
Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan factor terpenting dalam menegetahui beberaa spek fisiologis. Hal itu karena karateristik pertumbuhan mencerminkan kejadian fisiologis suatu bakteri. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian biasanya para peneliti melakukan manipulasi pertumbuhan (misalnya menggunakan kutur yang lama) untuk dapat mempelajari suatuaspek fisiologis (Tortora. 1992)
Pertumbuhan tidak selalu berhubungan dengan pembelahan. Banyak spesies bakteri bentuk batang, disebabkan oleh karena banyak factor–factor ekstrogen, gagal mengandakan pembelahan, walaupun pembelahan inti, petumbuhan dinding, membrane, dan isi sel terus berlangsung. Hasilnya ialah bukan penambahan jumloah sel, tetapi terbentuk filament yang panjang dan tidak tersekat. Pertumbuhan diartikan penamabhan dan dapat dihubungkan dengan penamabahan ukuran, jumolah bobot, massa dan banyak parameter lainnya dari suatu bantuk hidup. Penambahan ukuran atau massa suatu sel individual biasanya terjadi pada pendewasaan (maturasi) untuk kemudian dilanjutkan dengan cara pembelahan sel (Lay, et al. 1992)
Berdasarkan komposisi kimianya , dikenal medium sintetik dan medium non sintetik atau kompleks. Komposisi kimia medium sintetik diketahui dengan pasti dan biasanya dibuat dari bahan-bahan kimia yang kemurniaanya tinggi dan ditentukan daengan tepat. Maka medium semacam itu dapat diulangi pembuatanya  kapan saja dan akan diperoleh hasi yang sama. Dipihak lain, komposisi kimiawi medium non sintetik tidak diketahui dengan pasti. Contohnya ialah bahan–bahan yang terdapat dalam kaldu nutrient, yaitu ekstrak daging dan npepton yang terdapat komposisinya kimiawi yang tidak pasti (Dwijoseputro. 1986)
Fase dalam pertumbuhan bakteri telah dikenal luas oleh ahli mikrobiologi. Terdapat 4 fase pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkan pada kultur curah (bacth cuylture) yaitu fase adaptasi (log phase) fase pembayangan (exponential phase) fase statis (stationer phase) dan fase kematian (death phase) (Stanier. 1982)
Penanaman pada lempeng agar–agar berlainan dengan sel–sel dalam pembenihan cair, sel–sel pada atau dalam pembenihan padat tidak dapat bergerak. Karena itu bila beberapa sel ditaruh pada atau dalam pembenihan padat, tiap sel akan tumbuh dan membentuk koloni yang terpisah. Zat ideal itu kebanyakan pembenihan padat ialah agar–agar, suatu polisakarida asam yang diekstraksi dari ganggang merah tertentu (Pelczar, Michael. 1996)






















BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
 Alat
1 gelas piala, 1000 ml. Pemanas, 1 batang pengaduk, sebilah pisau, kain saring, sebuah corong, timbangan, 2 buah elemeyer 250 ml, 6 buah tabung reaksi, 1 buah gelas piala 100 ml, sebuah pipet.
Bahan
Kentang 100 g, dextrose 10 g, tepung agar 10 g, aquades 500 ml.
3.2  Prosedur Kerja

1.      Mengupas dan mencuci kentang lalu memotong berukuran 0,5 cm3
2.      Menimbang potongan kentang seberat 100 g, kemudian merebus dengan air sebanyak 500 ml, sampai mendidih
3.      Memisahakan ekstrak kentang dengan mengunakan kain saring
4.      Memanaskan kembali ektrak, kemudian ditambah 10 g dextrose dan 10 agar-agar sambil mengaduknya
5.      Menambah air bila volume air kurang dari 500 ml, hingga volume tersebut menjadi 500 ml sambil terus mengaduk agar agar sampai agar agar benar benar tercampur
6.      Memasukan medium kedalam gelas elemeyer ukuran 100 ml atau tabung reaksi sebanyak 6 ml atau 2,5 ml kemudian menyumbat dengan kapas.
7.      Menyeterilkan medium selama 15 atau 20 menit
8.      Meletakan seluruh tabung reaksi yang berisi 5 ml dengan posisi miring pada bidang horizontal dan membiarkan hingga medium tersebut menjadi padat.
9.      Menyimpan medium dalam tempat penyimpanan yang di sediakan.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil
menimbang
ekstrak
Ektrak kembali
Memasukan medium
medium


4.2       Pembahasan
Praktikum acara tiga dengan judul Teknik Pembuatan Medium Kultur, praktikum ini terdapat empat medium yang di perkenalkan, yaitu medium potato dextrose agar, medium nutrien agar, medium plate count agar standar dan medium tauge sukrose agar. Namun di karenakan banyaknya bahan untuk mempraktekan semua jenis medium tersebut, maka kami hanya mempraktekan medium yang paling sering di gunakan dalam pembiakan mikro organisme dalam labolatorium mikrobiologi yaitu medium potato dextrose agar atau PDA.
Teknik pembuatan medium PDA sebenarnya tidak bgitu sulit namun butuh kecermatan dalam melakukan praktikum agar perbandingan bahan yang digunakan sesuai dengan resep yang telah di berikan oleh dosen pembimbing supaya ketika kita gunakan medium tersebut sebagai media pembiakan mikro organisme dapat maksimal hasilnya. Pertama kita mengupas bahan sumber karbohidrat yang kami gunakan yaitu kentang selanjutnya memotong dadu pada kentang dengan tujuan utama untuk memudahakan ektrak kentang keluar, sehingga kandungan karbohidratnya dapat maksimal dalam medium yang kita hasilkan. Setelah kentang kita ektrak dengan air sebanyak 500 ml selama ± 15 menit maka kita pisahkan kentang tersebut dari air ekstraknya dengan kain saring sehingga kita dapatkan sebauh hasil ektrak kentangnya. Kemudian kita panaskan kembali sambil memasukan dektrose dan bubuk agar kedalam ekstrak tersebut sambil mengaduknya ketika kita panasakan. Selanjutnya kiata harus memperhatikan dan menjaga volume medium yang kita buat supaya tetap 500 ml sesuai dengan volume pertama kita mengekstrak kentang, sehingga apabila terjadi penguranga volume akibat pemanasan dalam perebusan mengektrak kentang maka kita menambahakan kembali air hingga sampai volumenya 500 ml. Apabila agar dan ektrak kentang telah bercampur homogen maka kita masukan medium tersebut kedalam tabung elemeyer dengan volume 100 ml pada masing masing tabung elemeyer, pada tahap ini kita juga memasukan medium kedalam tabung reaksi, medium pada elemeyer kita sumbat mengunakan kapas sedangkan pada tabung reaksi kami mengunakan plastik yang kami ikat dengan karet. Selanjutnya kami letakan miring untuk medium yang berada dalam tabung reaksi, di tempat yang telah di sediakan sebelimnya. Tahap terakhir maka medium di simpan dalam tempat penyimpanan hingga medium tersebut di gunakan pada praktikum selanjutnya.















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum teknik pembuatan mdium kultur setelah melaksanakan praktikum kami mengetahui jenis-jenis medium kultur yang sering digunakan dalam proses pembiakan organisme mikro dalam laboratorium. Dari resep yang di berikan kami mengenal empat jenis medium kultur pembiakan organisme.
Pembuatan medium dilaksanakan dengan cara menyiapkan seluruh bahan sesuai dengan resep yang telah di berikan dengan ukuran perbandingan yang seperti yang telah di jelaskan oleh dosen pembimbing supaya ketika kita gunakan medium kita dapat mengembangkan  mikro organisme secara maksimal dan berhasil dengan baik.
Medium kultur yang sudah jadi harus kita jaga kesterilannya ketika kita akan mengunakan harus sesuai prosedur pengunaan supaya tidak ada mikro organisme atau bakteri dari kontak udara yang tumbuh dalam medium sebab jika terdapat mikro organisme dari udara tentu akan menganggu proses pembiakan yang kita lakukan.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk Praktikan diharapkan lebih teliti dan cermat dalam melakukan segala bentuk praktikum. Selain itu Praktikan diharapkan utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan percobaan ini. Yang terakhir Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan yang ada saat praktikum












DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta Diakses pada tanggal 31 maret 2014
Lay, et al. 1992. Mikrobiologi Dasar. Gramedia : Jakarta.
Pelczar, Michael. 1996. Dasar-Dasar. Mikrobiologi. Universitas Indonesia : Jakarta.
Stanier. 1982. Mikrobiologi Dasar. Erlangga : Jakarta.
Tortora. 1992. Biologi Sel. Angkasa Bandung : Bandung.
Suryowinoto, 1991.Kultur jaringan.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur Diakses pada tanggal 31 maret 2014
Yuwono T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: UGM Press. Diakses pada tanggal 31 maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar