LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
ACARA
1
HUBUNGAN
AIR DAN TANAMAN
Nama : Rahmad Setiawan
Npm :
E1J013062
Prodi : Agroekoteknologi B
Kelompok : 1(Satu)
Hari tanggal : Selasa, Oktober 2014
Coas : Tanaka Linggawan A.A.
LABORATORIUM
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Air
merupakan faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup memerlukan
kehadiran air ini. Jumlah air di sistem bumi kita ini adalah terbatas dan dapat
berubah-ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit untuk terjadi
akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi dan evaporasi yang
berlangsung secara terus menerus. Ketersediaan air bagi tumbuhan sangat penting
karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Air merupakan sebagai bagian
dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan
struktur dan organ tumbuhan. Air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi
tanaman. Salah satu fungsi air bagi tanaman adalah untuk mengatur suhu tubuh
tanaman melalui proses transpirasi.
Tanaman
menerima sinar matahari, tanaman dapat memproduksi pangan melalui proses
fotosintesis. Namun demikian, selain memberikan manfaat bagi tanaman melalui
proses fotosintesis, cahaya mathari juga menyebabkan meningkatnya suhu tanaman.
Agar peningkatan suhu oleh sinar matahari tidak mencapai tingkat yang
membahayakan bagi tanaman, maka tanaman mengatur suhu tubuhnya melalui proses
tanspirasi. Pada transpirasi, air keluar dari tubuh tanaman melalui stomata.
Bersamaan dengan keluarnya air, terjadi pembuangan energy panas dari tubuh tanaman.
Dengan demikian taman dapat menjaga suhu tubuhnya pada tingkat yang aman secara
fisilogis. Jika pembuangan energy melalui transpirasi ini tidak berjalan
sebagaimana mestinya, maka akan terjadi penumpukan energy panas pada tubuh
tanaman. Hal ini sangat berbahaya bagi
tanaman karena suhu yang terlalu tinggi pada tubuh tanaman dapat
menyebabka rusaknya organ sel, sel, dan jaringan tanaman. Di dalam tubuh
tanaman, air bergerak melalui sebuah jaringan pengangkut.
1.2
Tujuan
o
Mempelajari proses pengangkutan air oleh jaringan
tanaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di
muka bumi ini, air merupakan bahan yang paling kerap ditemui terutama dalam
bentuk cair. Walau bagaimanapun, terdapat juga kuantiti air yang besar yang
wujud dalam bentuk gas (uap) di atmosfer dan dalam bentuk pepejal. Molekul air
boleh diuraikan kepada unsur asas dengan mengalirkan arus elektrik melaluinya.
Proses ini yang dikenali sebagai elektrolisis menguraikan dua atom hidrogen
menerima elektron dan membentuk gas H2 pada katod sementara empat ion OH-
bergabung dan membentuk gas O2 (oksigen) pada anod. Gas-gas ini membentuk buih
dan boleh dikumpulkan air juga merupakan bahan pelarut semesta. Ini disebabkan
molekul air terdiri daripada dua atom hidrogen bergabung dengan satu atom
oksigen pada sudut 105 darjah antara keduanya. Struktur ini menjadikan molekul
air mempunyai caj positif di sebelah atom hidrogen dan negatif di sebelah atom
oksigen. Oleh yang demikian, molekul air adalah dwi kutub. (Dwidjoseputro, D.
1994).
Di
dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah
dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air. Dalam keadaan
ini jumlah air yang disimpan di dalam tanah, jadi merupakan jumlah air maksimum
disebut Kapasitas Penyimpanan Air Maksimum. Selanjutnya, jika tanah dibiarkan
mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian
lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh. (Lukman ,
1997).
Molekul-molekul
air bersatu sebagai akibat adanya ikatan hidrogen. Pada saat itu berada dalam
wujud cair, ikatan hidrogennya sangat rapuh, kekuatannya hanya sekitar
seperduapuluh dari kekuatan ikatan kovalen. Ikatan-ikatan tersebut terbentuk,
terpisah, dan terbentuk kembali dengan sangat cepat. Tiap ikatan hidrogen hanya
mampu beberapa piko detik, tetapi molekul-molekulnya secara terus-menerus
membentuk ikatan baru dengan pasangan penggantinya. Oleh karenanya, dalam waktu
yang singkat, sejumlah tertentu dari seluruh molekul air akan berikatan dengan
molekul tetangganya, membuat molekul air lebih teratur dibanding cairan
lainnya. Secar keseluruhan, ikatan hidrogen menyatukan substansi tersebut,
suatu fenomena yang disebut kohesi. (Campbell, dkk, 2002).
Pada tumbuhan, kohesi yang terjadi karena adanya ikatan hidrogen berperan pada
pengangkutan (transpor) air yang melawan gravitasi. Air mencapai daun melalui
pembuluh-pembuluh mikroskopik yang menjulur ke atas dari akar. Air yang menguap
dari daun digantikan oleh air dari pembuluh dalam urat daun. Ikatan hidrogen menyebabkan
molekul air yang keluar dari urat daun dapat menarik molekul air yang berada
lebih jauh dalam pembuluh, dan tarikan ke depan tersebut akan terus ditransmisi
sepanjang pembuluh sampai ke akar. Adhesi, melekatnya satu zat pada zat lain,
juga berperan. Adhesi air pada dinding pembuluh membantu melawan gravitasi.
(Campbell, dkk, 2002).
Hal yang berkaitan dengan kohesi
adalah tegangan permukaan, yaitu ukuran seberapa sulitnya permukaan suatu
cairan diregang atau dipecahkan. Air memiliki tegangan permukaan yang lebih
besar dibandingkan sebagian besar cairan lain. Tegangan permukaan air juga
dapat
membuat batu yang dilemparkan ke
danau terapung selama beberapa saat di permukaan danau. (Campbell, dkk, 2002).
Potensial air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk
melakukan kerja dibandingkan dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada
tekanan atmosfer dan pada suhu yang sama. Potensial osmotik larutan bernilai
negatif, karena air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni.
Kalau tekanan pada larutan meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja
(jadi, potensial-air larutan) juga meningkat. (Salisbury dan Ross, 1995).
Tabung-tabung xylem
yang kosong dan berkelanjutan ini memudahkan tugas xylem untuk mengangkut air
dan juga mineral-mineral sehingga tidak ada dari mereka yang tersangkut pada
bagian-bagian sel tertentu (protoplasm). Selain itu, kehadiran lignin juga menguatkan
tanaman agar ia tidak mudah roboh dan dapat berdiri tegak.
(Heddy. 1990)
BAB
III
BAHAN
DAN METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat Dan Bahan
Alat :
·
3 buah botol
·
Pisau stek
·
Ember
·
Gelas ukur
Bahan :
·
Ranting tanaman berkayu (
rantingAlamanda cathartika) sepanjang 40 cm.
·
Kapas
·
Lanolin
·
Air
3.2 Cara kerja:
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu :
1.
Menyiapkan air yang cukup di dalam botol, masing-masing botol
diisi dengan air sebanyak 1000 ml (1 liter). Setelah botol diisi lalu diberi
tanda dengan menggunakan spidol permanen.
2.
Menyiapkan 3 (tiga) potong tangkai tanaman bunga alamanda yang
masih mempunyai banyak daun sepanjang 40 cm.
3.
Membawa potongan tangkai ke ember berisi air.
4.
Memotong dan membuang bagian dasar tangkai daun (kira-kira 5 cm
dari pangkal). Siakan daun pada tangkai yang akan digunakan. Pemotongan tangkai
harus dilakukan di dalam ember berisi air
untuk mencegah timbulnya gelembung udara pada jaringan pengangkut.
5.
Mengupas pada kulit batang tangkai pertama, (kira-kira 3 cm dari
bawah), mengikis jaringan floem dari kayu dan dibuang.
6.
Melakukan langkah yang sama pada tangkai kedua dan ketiga.
7.
Menutup jaringan xylem tangkai pertama dengan lanolin.
8.
Menutup jaringan floem tangkai kedua dengan lanolin.
9.
Membiarkan jaringan floem dan xylem terbuka pada tangkai ke tiga
(sebagai kontrol).
10. Memasukkan tangkai
berdaun (pada langkah kerja 7,8, dan 9) ke dalam botol yang berisi air yang
telah dilakukan pada kerja no 1.
11. Menutup botol dengan
menggunakan kapas, sampai benar-benar rapat sehingga tidak akan terjadi
penguapan.
12. Setiap mnggu, melakukan
pengamatan dan ukur ketinggian air, dan menambahkan air sampai pada titik awal.
13. Mencatat volume air yang
digunakan untuk mengganti air yang hilang.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
perlakuan
|
Rata-rata air diserap tanaman
pada hari ke-
|
Catatan morfologi pada hari ke-
|
|||||
7
|
14
|
21
|
0
|
7
|
14
|
21
|
|
Xylem ditutup
|
30
ml
|
35
ml
|
60
ml
|
|
|||
-
Jumlah daun
|
|
17
|
16
|
7
|
11
|
||
-
Jumlah bunga
|
|
1
|
-
|
1
|
-
|
||
-
Jumlah bunga (kuncup)
|
|
3
|
3
|
3
|
-
|
||
- Pertumbuhan
akar
|
|
-
|
-
|
<10
|
>10
|
||
- Tinggi tanaman (cm)
|
|
40
|
40
|
40
|
41
|
||
Floem ditutup
|
36
ml
|
32
ml
|
20
ml
|
|
|||
-
Jumlah daun
|
|
18
|
15
|
2
|
10
|
||
-
Jumlah
bunga (kuncup)
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
||
-
Pertumbuhan akar
|
|
-
|
-
|
<5
|
>5
|
||
- Tinggi tanaman (cm)
|
|
40
|
40
|
40
|
41
|
||
kontrol
|
33
ml
|
28
ml
|
35
ml
|
|
|||
-
Jumlah daun
|
|
22
|
4
|
4
|
12
|
||
-
Jumlah bunga
|
|
1
|
1
|
-
|
-
|
||
- Jumlah bunga (kuncup)
|
|
1
|
1
|
2
|
2
|
||
-
Pertumbuhan akar
|
|
-
|
-
|
<10
|
>10
|
||
- Tinggi
tanaman (cm)
|
|
30
|
30
|
30
|
31
|
4. 2. Pembahasan
Sample pengamatan pada hari ke 0 di
bedakan menjadi tiga perlakuan. Perlakuan pertama dengan menutup Xilem pada
tanaman Alamanda. Perlakuan kedua Floem pada tanaman alamanda di tutup, dan
yang terakhir sebagai kontrol tanaman alamanda hanya di kikis kulitnya tanpa di
beri perlakuan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terlihat hasil dari
rata-rata air yang diserap pada setiap perlakuan berbeda-beda. Gejala yang
ditimbulkan pada tanaman tersebut juga terjadi, dari mulai daun yang menguning,
gugur hingga tumbuh daun baru.
Perubahan morfologi yang dapat di amati
pada perlakuan xilem di tutup, pada hari ke 0 memiliki jumlah daun 17, jumlah
bunga 1, mekar bunga kuncup 3, pertumbuhan akar tidak ada. Hari ke tujuh
pengamatan pada objek ini tampak perubahan morfologi tanaman jumlah daun 16 jumlah bunga 0 mekar, semua bunga mekar gugur,
bunga kuncup 3, belum nampak pertumbuhan akar, pada pengamatan ini terjadi
penyerapan air sebanyak 30 ml. Pengamatan pada hari ke empat belas dapat di
mamati bahwa tanaman memiliki jumlah daun 7, jumlah bunga mekar 1, bunga kuncup
3, pertumbuhan akar kurang dari 10, pada pengamatan ini terjadi penyerapan air
sebanyak 35 ml. Pengamatan pada minggu ke tiga tanaman memiliki morfologi
dengan jumlah daun 11, jumlah bunga mekar 0, bunga kuncup 0, pertumbuhan akar,
dan pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 60 ml.
Perubahan morfologi yang dapat di amati
pada perlakuan floem di tutup, pada hari ke 0 memiliki jumlah daun 18, jumlah
bunga 2, mekar bunga kuncup 0, pertumbuhan akar tidak ada. Hari ke tujuh
pengamatan pada objek ini tampak perubahan morfologi tanaman jumlah daun 15 jumlah bunga 0 mekar, semua bunga mekar
gugur, bunga kuncup 0, belum nampak pertumbuhan akar, pada pengamatan ini terjadi
penyerapan air sebanyak 36 ml. Pengamatan pada hari ke empat belas dapat di
mamati bahwa tanaman memiliki jumlah daun 2, jumlah bunga mekar 0, bunga kuncup
0, pertumbuhan akar kurang dari 5, pada pengamatan ini terjadi penyerapan air
sebanyak 32 ml. Pengamatan pada minggu ke tiga tanaman memiliki morfologi
dengan jumlah daun 10, jumlah bunga mekar 0, bunga kuncup 0, pertumbuhan akar,
dan pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 20 ml.
Perubahan morfologi yang dapat di amati
pada perlakuan xilem di tutup, pada hari ke 0 memiliki jumlah daun 22, jumlah
bunga 1, mekar bunga kuncup 1, pertumbuhan akar tidak ada. Hari ke tujuh
pengamatan pada objek ini tampak perubahan morfologi tanaman jumlah daun 4 jumlah bunga 1 mekar, bunga kuncup 1, belum
nampak pertumbuhan akar, pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 33
ml. Pengamatan pada hari ke empat belas dapat di mamati bahwa tanaman memiliki
jumlah daun 4, jumlah bunga mekar 0, bunga kuncup 2, pertumbuhan akar kurang
dari 10, pada pengamatan ini terjadi penyerapan air sebanyak 28 ml. Pengamatan
pada minggu ke tiga tanaman memiliki morfologi dengan jumlah daun 12, jumlah
bunga mekar 0, bunga kuncup 2, pertumbuhan akar, dan pada pengamatan ini
terjadi penyerapan air sebanyak 35 ml.
Dengan demikian perlakuan pada setiap
titik sample memengaruhi penyerapan air. Jumlah daun pada setiap tanaman akan
mempengaruhi jumlah air yang di serap. Hal ini terjadi berkaitan dengan adanya
daya tranfirasi dan evavorasi tanaman. Tamanan yang memiliki daun banyak akan
melakukan transpirasi yang lebih tinggi di bandingkan tanaman yang memiliki
daun yang lebih sedikit. Hal ini dapat kita cermati berdasarkan hasil
pengamatan. Sample tanaman yang di tutup
xilemnya akan lebih sulit menumbuhkan daun kembali karena dalam
penterapan air terganggua. Tanaman yang kita tutup floem meskipun dalam
penyerapan air pada hari ketujuh lebih sedikit, namun dalam regenerasi daun
lebih cepat. Perbandinaga dapat kita
cermati pada perlakuan kontrol, pada perlakuan ini seluruh aktivitas tanaman
berkerja dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses pengangkutan air oleh tanaman di lakukan oleh Xilem.
Perumbuhan pada tanamna yang xilemnya di tutup akan cenderung lebih lambat. hal
ini terjadi karena pada tanaman ini akan kesulitan memenuhi kebutuhan air.
Tanaman yang floemnya di tutup cenderung lebih cepat dalam meregenerasi bagian
tumbuhan karena pemenuhan air terjadi dengan baik.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan
untuk Praktikan diharapkan lebih teliti dan cermat dalam melakukan segala
bentuk praktikum. Selain itu Praktikan diharapkan utuk belajar seputar
percobaan sebelum melakukan percobaan ini. Yang terakhir Praktikan diharapkan
agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan yang ada saat
praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Grander, Pearce dan R.L.
Mithell. 2002. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia. Jakarta
Dwidjuseptutro, D. 1985. Penghantar Fisiologi Tumbuhan. Pt.
Gremedia. Jakarta.
Heddy,
S. Ir. 1990. Biologi Pertanian.
Rajawali Press. Jakarta.
Lukman, Diah . 1997.Buku Ajar
Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Noggle, F.R dan G.J.
Fritz.1979.Introductory Plant Physiology. Van Hostrand Rain Hold : New York
Salisbury, frank B dan Ross, Clean
W. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2.
ITB. Bandung.
Jawaban
Pertanyaan
1. Fungsi
air bagi tanaman antara lain :
(1) sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari
rhizosfer ke dalam akar tanaman
(2) sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk,
perkembangan tanah, dan differensi horison
(3) sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam
penyediaan hara, yaitu dari hara tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi
akar tanaman.
(4) sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah.
(5) sebagai stabilisator temperatur tanah
(6) mempermudah dalam pengolahan tanah
2.
Pada pengangkutan ini, air akan masuk
melalui sel epidermis akar kemudian bergerak di antara sel-sel korteks. Air
harus melewati sitoplasma sel-sel endodermis untuk memasuki silinder pusat
(stele). Setelah sampai di stele, air akan bergerak bebas di antara sel-sel.
Cara transportasi dalam pengangkutan air dan mineral secara ekstravaskular ada
dua macam, yaitu apoplas dan simplas.
3.
faktor-faktor yang mempengaruhi laju
transpirasi terbagi menjadi dua, faktor dalam dan luar. Kalau faktor dalam
antara lain : jumlah stomata tiap satuan luas permukaan, struktur anatomi daun,
sel daun mempunyai osmotik tinggi. Sedangkan faktor luar antara lain :
kelembaban udara, temperatur, kecepatan angin, cahaya, penyediaan air,
aktivitas vital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar