LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
DISUSUN
OLEH:
Kelompok
2 (Dua)
Nama : Rahmad Setiawan (E1J013062)
Sartika Yanti Nababan (E1J013068)
Agus Roni Sihombing (E1J013064)
Sarina Silalahi (E1J013063)
Jhonson Sirait (E1J013067)
Prodi : Agroekoteknologi
Hari/Tanggal : Selasa/2 Desember
2014
Dosen : Dr.
Ir. Tunjung Pamekas, M.Sc
Co-Ass : Sutan Verdien A.M
Kerly Defi Hidayat
LABORATORIUM
ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNUVERSITAS
BENGKULU
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Organisme pengganggu tanaman merupakan organisme-organisme
yang dapat merusak tanaman baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kerusakan tersebut dapat
menimbulkan kerugian baik dari segi kualitas ataupun kuantitas panen, sehingga merugikan
secara ekonomi. Untuk menghin dari kerugian karena serangan OPT, tanaman harus dilindungi
dengan cara mengendalikan OPT tersebut. Dengan demikian untuk membasmi organisme penganggu tanaman dibutuhkan suatu substansi yang
berfungsi untuk membasmi OPT tersebut yaitu berupa pestisida.
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangatluas, yaitu serangga, tungau,
tumbuhan pengganggu,
penyakit tanaman
yang disebabkan oleh
fungi (jamur), bacteria dan
virus, kemudian nematoda
(bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput,
tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Perlunya penggunaan pestisida dikarenakan pestisida ini merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan
membasmi organisme selektif (target organisme), dengan adanya pestisida ini petani
sangat terantu dalam mencegah serangan hama dan penyakit yang mengganggu hasil panen
produk petani baik pada pratanam, tanam, pemeliharaan, panen, sampai pasca panen
keberadaan pestisida ini memiliki andil besar untuk mempertahankan produk pertanian.
Oleh Karena itu manfaat mempelajari pestisida
ini adalah agar dapat lebih mengenal dan mengetahui apa itu pestisida,
golongan, dan formulasinya, dan dampak yang tejadi akibat penggunaan pestisida ini
sehingga kita dapat memilah mulai dari jenis tanaman, golongan dan jenis pestisida
yang akan digunakan sesuai dan dampak yang dihasilkan semaksimal mungkin untuk dihindarkan
dan juga formulasi pestisida yang aman untuk digunakan dengan menimbang dampak
yang terjadi tidak merusak lingkungan dan ekosistem.
1.2 Tujuan
Mengamati dan membedakan macam-macam formulasi pestisida, cara penyimpanannya dan alat-alat yang sesuai
di gunakan untuk pada formulasi yang
bersangkutan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pestisida
adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain
yang dianggap merugikan.Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah
meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat,
nyamuk, kecoak,ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang
serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya. ( Herwanto , 1998 )
Pestisida
tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang
pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk
pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah
tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang
pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk
pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.Pada umumnya pestisida yang
digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang
berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan
pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi
kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.Dalam bidang
pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman.( Hidayat
, 2001 )
Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga
hama dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis
pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya.
Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi :
1.
Insektisida : yaitu
racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga.
Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.
2.
Nematisida : yaitu
racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa
cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G.
3.
Rodentisida : yaitu
racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat, seperti
misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline
dan lain-lain. ( Arief . 1994 )
4.
Herbisida : adalah pestisida
yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar
ODS 5/5 Saturn D.
5.
Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan
(jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP,
Dalsene MX 2000.
6.
Akarisida : yaitu
racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau.
Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.
7.
Bakterisida : yaitu
racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh
bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Benidiktus
. 2010)
Pestisida sebelum digunakan harus
diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi
oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke
formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa
formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1.
Cairan emulsi (emulsifiable
concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi
meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES
(emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan
S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang
menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90
persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair
biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan
perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2.
Butiran (granulars) Formulasi
butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida
sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada
umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan
pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan
aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi
pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida
formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau
WDG (water dispersible granule).
3.
Debu (dust) Komposisi pestisida
formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti
talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak
digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila
pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4.
Tepung (powder) Komposisi pestisida
formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa
seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida
formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP
(wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5.
Oli (oil) Pestisida formulasi oli
biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil).
Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester.
Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan
atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. (Untung, 2010)
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
Macam-macam alat aplikasi pestisida,
seperti :penugal, soil injektor, spreader, duster, emposan, semi-automatic
sprayer, automahtic high spryer, mist blower.
3.1.2
Bahan
Macam-macam jenis pestisida,
meliputi pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit,
dengan berbagai formulasi, seperti : D, G, WP, EC, DC, ULV, dan
lain-lain. Beberapa bahan dasar pembuat pestisida.
.
3.2 CaraKerja
1.
Mengamati contoh-contoh pestisida yang
ada. Perhatikan nama pestisida, formulasi, warna, bahan aktif dan kadar bahan aktifnya.
2.
Menyebutkan alat aplikasi yang
mestinya dipergunakan untuk pestisida yang
bersangkutan dan bagaimana cara menyiapkannya.
3.
Memerhatikan contoh pestisida yang
masih dalam kemasan dagang. Apa saja yang
tertulis dalam kemasannya dan menyebutkan apakah masih ada informasi lain
yang perlu dicantumkan.
3.2.2
Pengamatan alat-alat aplikasi pestisida
1.
Mengamati contoh-contoh alat pestisida yang
ada
2.
Menyebutkan setiap bagiannya dan jelaskan fungsi setiap bagian tersebut
3.
Menjelaskan prinsip kerja alat yang
amati.
4.
Menyebutkan
pula informasi pestisida apa saja yang dapat diaplikasikan dengan alat tersebut.
5.
Menyebutkan apa saja yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan atau perawatan alat tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Pengamatan Pestisida
No
|
Nama pestisida
|
Formulasi
|
B Aktif
|
Jenis
|
Sasaran
|
Dosis
|
Perusahaan
|
Penawar
|
1
|
Baycarb 500 EC
|
EC
|
BPmc 485 g/l
|
Insektisida cair
|
Belalang, lalat
buah, walang sangit
|
0,5-1 l/ha
1 l/ha
1-3 l/ha
|
Bayer indone sia
tbk
|
Cuci bagian yang
terkena dengan air
|
2
|
Dursan 20 EC
|
EC
|
Klorpiripes 200
g/l
|
Insektisida cair
|
Belalang
|
0,7-1,5 l/ha
|
Pacific cimical indone sia
|
Tanggalkan
pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
|
3
|
Akodan 35 EC
|
EC
|
Endasulfan 350
g/l
|
Insektisida cair
|
Ulat grayak dan
lalat buah
|
1-3 ml/l
|
Saudara tani
indone sia
|
Tanggalkan
pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
|
4
|
Mecin 50 WP
|
WP
|
MPIC 50%
|
Insektisida
tepung
|
Penghisap padi
|
2 g/l
|
Petani persero
|
Tanggalkan
pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
|
5
|
Kanon 400 EC
|
EC
|
Dimetroat 400 g/l
|
Insektisida cair
|
Kutu daun dan
thrips
|
0,5-2 ml/l
|
Petro kimia
kayaku
|
Tanggalkan
pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
|
6
|
Matador 25 EC
|
EC
|
Lamda sihalotrin
25%
|
Insektisida cair
|
Ulat grayak
|
2-5 ml/l
|
Zeneca AGR
|
Tanggalkan
pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
|
7
|
Kleenup 40 SL
|
SL
|
Glifeserat 356
g/l
|
herbisida cair
|
Gulma daun lebar
dan sempit, alang-alang
|
1,5-6 l/Ha
|
Nufam indo nesia
|
Tanggalkan
pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
|
8
|
Curacron 50 EC
|
EC
|
Proferofos 500
g/l
|
Insektisida cair
|
Ulat holtikul
tura
|
2 ml/l
|
Syngenta indo
nesia
|
Tanggalkan
pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
|
9
|
Dmag 4 EC
|
EC
|
2,4 EP D-Metil Amina
|
Herbisida cair
|
Gulma daun lebar
|
1,5-3 ml/l
|
Bin gei agung
|
Tanggalkan
pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
|
10
|
Nufam 35 EC
|
EC
|
2,4 EP D-Metil
Amina
|
Herbisida cair
|
Gulma Daun Lebar
dan sempit
|
0,5-1 L/Ha
|
Nufam Indo nesia
|
Tanggalkan
pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
|
Tabel
2 alat aplikasi
Alat Aplikasi
|
Keterangan
|
|
Bagian : nozzle,
pompa, pipa penyalur, tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan
dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi : WP, EC, dan S
Perawatan : Sprayer dicuci atau
dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot.
|
|
Bagian : nozzle,
pompa, pipa penyalur, tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan
dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi : WP, EC, dan S
Perawatan
: Sprayer dicuci atau
dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot
|
|
Bagian : nozzle,
pompa, kran,
tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan
dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi : WP, EC, dan S
Perawatan : Sprayer dicuci atau
dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot
|
|
Bagian : nozzle,
pompa, tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan
dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi : WP, EC, dan S
Perawatan : Sprayer dicuci atau
dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot
|
|
Bagian : nozzle,
pompa, pipa penyalur, tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan
dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi : WP, EC, dan S
Perawatan : Sprayer dicuci atau
dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot
|
4.2 Pembahasan
Pestisida
yang di amati pada praktikum ini berformulasi EC,WP, DC, dan G. Bentuk
formulasi pestisida ini umumnya di buat untuk memudahkan dalam aplikasnya dalam
dunia pertanian maupun dalam pengendalian hama non pertanian. Formulasi yang
paling mendominasi pada praktikum ini adalah EC. Formulasi EC pada praktikum
ini di aplikasikan pada sasaran insekta. Hal ini disebabkan pada umumnya bentuk
elmulsi lebih cepat dalam mengurangi tingkat serangan penganggu, selain itu
formulasi EC memiliki kelebihan dapat di aplikasikan dengan jenis-jenis alat
aplikasi yang sederhana pada tingkat petani. Formulasi yang kedua yang di amati
adalah WP dan G, formulasi ini di temukan dalam herbisida pembasmi gulma daun
lebar dan daun sempit misalnya poradan .
Pestisida
objek pengamatan praktikum ini di dominasi oleh insektisida. Hal ini disebabkan
karena pada umumnya hama dalambudidaya yang menyerang tanaman di dominasi jenis
insekta. Kelas atau jenis pestisida yang kedua di dominasi oleh herbisida, hal
ini disebakan penganggu tanaman yang ke dua adalah jenis gulma. Sasaran
pestisida yang ketiga adalah rodensida. Pestisida ini di gunakan oleh petani
pada pembasmi tikus.
Penyimpanan
pestisida pada umumnya relatif sama. Suhu yang diperbolehkan antara 15-30 0C.
Penghindaran dari cahaya matahari yang berlebihan, karena pestisida akan
menguap pada penyinaran matahari. Penempatan yang baik adalah di area yang
kering. Penjauhan dari jangkauan anak- anak, hal ini di karenakan beracunnya
bahan aktif pada pestisida tersebut.
Alat
aplikasi pestisida yang di amati pada praktikum ini adalah jenis spreyer.
Aplikasi pada spreyer biasanya pestisida formulasi EC,WP dan S. Hal ini
biasanya di sesuaikan dengan fungsi dari spreyer tersebut, sebab pada jenis formulasi
tersebut dapat di encerkan. Pengaplikasian jenis formulasi EC umumnya di aduk
sekali dalam pengaplikasiannya. Hal ini di sebabkan pada formulasi ini tidak
akan mengendap bila di aplikasikan dengan spreyer. Jenis formulasi WP umumnya
di aduk tiap 30 menit sekali dalam pengaplikasianya. Hal ini di sebabkan adanya
pengendapan pestisida tiap 30 menit. Aplikasi pada jenis G biasanya di tebar langsung di dekat
tanaman. Perawatan spreyer pada umumnya dicuci
atau dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Nama belakang pestisida seperti SL, AS, F, WSC,
EC, WP menunjukkkan formulasi tersebut. EC
(emulsifiabel concentrate) jika pestisida ini dicampur air akan membentuk emulsi atau cairan keruh. Emulsifier harus mampu menahan minyak agar tidak klais dalam air tetapi membentuk“ campuran ”
dengan segera dan merata.
Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan sasarannya seperti,
insektisida sebagai racun insekta / serangga, rodentisida sebagai racun untuk binatang
pengerat, herbisida sebagai racun untuk gulma, fungisida sebagai racun untuk jamur,
bakterisida sebagai racun untuk bakteri, virisida sebagai racun untuk virus,
avisida sebagai racun untuk burung, dan lain sebagainya.
jenis-jenis formulasi tersebut, memberikan gambaran alat-alat
aplikasinya yang meliputi hand sprayer, sprayer, kenapsack dan pompaotomatik. Pompa semi otomatis merupakan alat penyemprot yang didayai oleh tenaga tangan manusia dengan
pompa tekanan tinggi. Prinsip kerja alat penyemprot adalah memecah cairan menjadi
butiran partikel halus yang menyerupai kabut.
5.2 Saran
Adapun
saran yang dapat saya sampaikan untuk Praktikan diharapkan lebih teliti dan
cermat dalam melakukan segala bentuk praktikum. Selain itu Praktikan diharapkan
utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan percobaan ini. Yang terakhir
Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan
yang ada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Arief . 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma.
Surabaya: Usaha
Nasional
Benidiktus
. 2010. Handsprayer Alat Penyemprot Pertanian. Kumpulan Artikel
Alat & Mesin Pertanian
Herwanto
, Totok . 1988. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman. Bandung: Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian.
Hidayat
, Anwar .2001. Metode Pengendalian Hama.
Departemen Dinas Kesehatan. Jakarta: Depnaskes
Untung,Kasumbogo.2010.
Diktat Dasar-Dasar Ilmu Hama TanamanYogyakarta:Gadjah Mada Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar