Transparent Sexy Pink Heart RAKHMAT STW: Maret 2015

Rabu, 11 Maret 2015

Arthropoda Hama 2/Rakhmat Stw/UNIB/Dasar Dasar Perlindungan Tanaman



LAPORAN PRAKTIKUM
“Dasar Dasar Perlindungan Tanaman”
Arthropoda Hama 2


DISUSUN OLEH:
Kelompok 2 (Dua)
Nama                           : Rahmad Setiawan                 (E1J013062)
                                                  Sartika Yanti Nababan          (E1J013068)
                                                  Agus Roni Sihombing           (E1J013064)
                                                  Sarina Silalahi                       (E1J013063)
                                                  Jhonson Sirait                        (E1J013067)
Prodi                            : Agroekoteknologi
Hari/Tanggal                : Selasa/21 Oktober 2014
Dosen                          : Ir Tri Sunardi, M.P.
Co-Ass                                    : Sutan Verdien A.M
                                                  Kerly Defi Hidayat





LABORATORIUM ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNUVERSITAS BENGKULU
2014
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1       Bahan dan Alat


·         Kupu kupu
·         Kumbang Tanduk
·         Kumbang kelapa
·         Lalat Rumah
·         Lebahmadu
·         Mikroskop stereo
·         Pinset
·         Cawan petri
·         Jarumtombak
·         Loup











3.2 Cara Kerja

3.2.1  Specimen lalat rumah
Lalat rumah mewakili tipe alat mulut penjilat. Menemukan bagian–bagian utama dari tubuh kemudian menemukan juga : bagian mulutnya yang terdiri dari proboscis yang berdaging, sebagian disembunyikan dalam rongga dibawah kepala, dengan organ seperti sponge. Memerhatikan cara kerja dan gejala kerusakan yang diakibatkan serta cara mengendalikannya. Menggambar disertai dengan keterangannya. Serta membandingkan tipe mulutnya antara yang dewasa dengan larva atau nimfanya.

3.2.2 Specimen kupu – kupu
Kupu–kupu mewakili tipe alat mulut penghisap. Menemukan bagian–bagian utama dari tubuh kemudian menemukan juga alat mulutnya yang mempunyai saluran yang panjang yang disebut proboscis, bentuknya bergulung seperti coil, yang apabila sedang tidak digunakan dan memanjang apabila serangga tersebut sedang makan. Memerhatikan cara kerjanya dan gejala kerusakan yang diakibatkannya serta cara mengendalikannya. Mengambar dan memberi ketengannya serta membandingkan tipe alat mulutnya antara yang dewasa dengan larva atau nimfanya.



3.2.3  Specimen lebah
Lebah memiliki tipe alat mulut pengunyah–penjilat. Menemukan bagian–bagian utama dari tubuh kemudian menemukan juga mandi bula yang tampak jelas sebagai organ pengunyah akan tetapi maksila dan labiumnya telah mengalami modifikasi menjadi organ penjilat yang tipis untuk mengambil cairan, terutama nectar dari bunga. Sebagian besar serangga dengan tipe mulut ini menguntungkan manusia teutama sebagai penyerbuk. Lebah (Xylocopa) merupakan contoh lebah yang merugikan. Memerhatikan cara kerjanya dan gejala kerusakan yang diakibatkannya serta cara mengendalikannya. Mengambar serta memberi keterangannya serta membandingkan tipe alat mulutnya antara yang dewasa dengan larva atau nimfanya.

4.2    Pembahasan
                Kupu kupu adalah hewan yang sering membantu penyerbukan tanaman. Kupu-kupu merupakan hewan dengan tipe mulut penghisap. Kupu-kupu biasanya hinggap pada bunga atau daun tanaman. Kupu kupu mengalami metamorfosis sempurna. Kupu-kupu hidup melalui beberapa fase yang sangat berbeda, yakni fase I adalah telur (ovum, plural ova), fase II adalah ulat atau caterpillar (larva, larvae), fase III adalah kokon atau chrysalis (pupa, pupae) dan fase IV adalah insekta sebenarnya yakni kupu-kupu atau imago (plural imagines). Hewan ini di anggap sebagai hama tanaman saat proses metamorfosis, yaitu saat menjadi larva. Larva kupu- kupu biasanya memakan daun tanaman mulai yang muda hingga yang sudah tua. Gejala yang di timbulkan akibat serangan larva kupu-kupu biasa di cirikan dengan robeknya bagian helaian daun-daun muda. Selain itu pada sebagian seranga larva kupu-kupu juga dapat kita amati pada kebusukan buah akibat dimakan larva dari dalam buah.  Pengendalian oleh para petani biasanya dilakukan dengan cara mekanis, yaitu penganan langsung pada bagian tanaman yang diserang yaitu daun, dengan cara memotong atau memangkas, atau dengan bahan kimiawi pada tingkat yang cukup parah.
Lalat rumah (M. domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. M. domestica berukuran sedang dengan panjang 6-9 mm, berwarna abu-abu, mempunyai empat pita yang berupa garis memanjang pada permukaan toraks. Lalat  dapat mengganggu ketentraman dalam rumah, lalat rumah dapat membawa sekitar 100 jenis bakteri patogen yang dapat 5  mengakibatkan penyakit pada manusia. Lalat rumah mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur, larva (maggot), pupa, dan bentuk dewasa (lalat). Selama masa hidupnya lalat betina meletakkan telurnya sebanyak 4-6 kali.  Jangka waktu hidup tahap pra dewasa lalat adalah sekitar 8,5 – 9 hari pada suhu 24 – 28,5oC dengan kelembaban 85 – 92%, sedangkan tahap dewasanya berkisar antara 37,6 – 41,2 hari pada suhu 24 – 28oC dengan kelembaban 86 – 94,6%. Gangguan lalat rumah terhadap tanaman biasanya di sebabkan oleh larvanya, larva yang hidup didalam buah akan menyebabkan buah rusak bagian dalam dengan ciri khas adanya bintik kekuningan pada buah. Selain itu gangguan biasanya di sebabkan karena lalat rumah sering membawa patogen jahat ke buah. Pengendaliannya oleh para petani biasanya mengunakan bahan kimia.
            Kumbang kelapa pada umumnya menyerang daun kelapa, sehingga sering juga disebut kumbang badak karena memiliki tonjolan semacam cula badak. Kerugian yang ditimbulkan berupa rusaknya titik tumbuh tanaman kelapa sebagai tempat kumbang dewasa menyusup ke dalam. Akibatnya, umbut dan bakal daun menjadi rusak yang ditandai daun kelapa menjadi berbentuk segitiga. Kumbang yang muncul akan mulai berterbangan pada waktu senja hari atau malam hari menuju mahkota daun tanaman kelapa dan menuju ujung batang kemudian menggerek sampai ke titik tumbuh. Hama ini termasuk dalam Ordo Coleoptera, merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. Stadia telur berkisar antara 11-13 hari, ratarata 12 hari. Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva dewasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Pupa ukurannya lebih kecil dari larva, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna kuning. Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas di belakang kepala. Upaya pengendalian hendaknya dilakukan menggunakan konsep PHT yaitu menurunkan padat populasinya sehingga masih tersisa jumlah individu yang cukup sebagai makanan bagi musuh alami yang ada.
            Lebah memiliki struktur yang menyerupai belalang, namun terdapat ciri-ciri khusus yang membedakan dengan yang lain. Lebah ini memiliki bagian mulut yang berfungsi mengisap dan mengunyah. Lebah mengalami metamorfosis yang sempurna, mulai dari telur , larva, pupa sampai menjadi lebah dewasa. Sumber bahan makanan berasal dari pollen (tepung sari) dan nektar (cairan manis di bunga) atau ekstrafloral (cairan manis pada bagian tanaman selain bunga). Hidup secara sosial dalam koloni yang permanen. Selain itu dikenal pula 3 kelompok pada lebah, yaitu ratu, pekerja, dan pejantan. Lebah ratu memiliki ukuran lebih besar (sampai 20mm). Lebah pekerja ukuran sekitar 12 mm dengan struktur yang disebut keranjang pollen pada setiap kaki belakang, perut ekstra untuk menyimpan dan mengangkut nektar atau madu dan empat pasang kelenjar khusus yang mengeluarkan lilin lebah pada bagian bawah perut. Hidupnya kurang lebih 50 hari (3 minggu disarang dan 4 minggu Di lapangan. Serangan lebah pada tanaman biasanya terjadi pada buah karena sengan-sengatan yang membuat luka pada buah sehingga organisme patogen masuk kedalam buah. Serangan lebah di tandai dengan terjadinya pembusukan buah dengan adanya bekas sengatan. Pengendalian serangan lebah madu pada tanaman biasanya jarang dilakukan oleh para petani, karena pada umumnya lebah madu membantu penyerbukan.
            Kumbang tanduk merupakan salah satu hama pada tanaman kelapa-kelapaan dan beberapa tanaman monokotil lainnya. Kumbang tanduk memiliki ciri yang khas pada kepalanya. Kumbang tanduk memilki sepasang tanduk yang menyerupai supit, yang di manfaatkan untuk memberi lubang pada obyek makanannya. Hama ini termasuk dalam Ordo Coleoptera, merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago. Kerusakan pada tanaman kelapa akibat serangan kumbang ini mirip seperti akibat serangan kumbang kelapa, hanya pada serangan kumbang tanduk akibat yang ditimbulkan lebih cepat terdeteksi dan intensitas serangan cukup parah. Serangan  kumbang tanduk pada daun kelapa akan berberbentuk segitiga pada daun kelapa muda.  Pada sebagian kasus serangan kumbang ini mengakibatkan matinya pohon kelapa pada areal perkebunan. Pengendalian pada serangan kumbang tanduk biasanya di lakukan dengan bahan kimia.
                                                                 

























BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Ciri ciri arthropoda hama biasanya erat kaitanya dengan jenis makanannya. Ciri ciri pada arthropoda pada ordo lepidoptera, diptera, hymenoptera memilki jenis mulut yang sama yaitu pencucuk penghisap. Ordo coleoptera memiliki mulut pencacah. Gejala pada tumbuhan akibat serangan ordo lepidoptera, ditandai rusaknya daun muda pada tanaman. Seranagan pada ordo diptera bianya di tandai dengan adanya gejala bintik binti pada buah. Ordo hymenoptera bianya menyebabkan memar-memar pada buah lalu membusuk. Serangan pada Ordo coleoptera akan menyebabkan daun berbentuk segitiga. Pengendalian pada oleh para petani biasnya di lakukan dengan bahan kimia.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk Praktikan diharapkan lebih teliti dan cermat dalam melakukan segala bentuk praktikum. Selain itu Praktikan diharapkan utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan percobaan ini. Yang terakhir Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan yang ada saat praktikum
















DAFTAR PUSTAKA

Hansamunahito.2006. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan.Jakarta:Bumi Aksara
Harianto.2009.Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.Jember:Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Lena.2009.Hama dan Penyakit Tanaman.Jakarta:Penebar Swadaya
Novriyansah.2012.Ordo Ordo Serangga.Jakarta:PT Bima Aksara
Retno.2009.Dasar Dasar Perlindungan Tanaman. Bandung:Azka Press
Rioardai.2009.Hama Tanaman Dan Teknik Pengendalian.Jogjakarta:Kanisius
Sudirman.2006. Hama Tanaman Pangan Dan Perkebunan. Jakarta:PT Bima Aksara
Yoxx.2010.Pengenalan Arthropoda Dan Biologi Serangga.Bogor:IPB

PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA/ Rakhmat Stw/ UNIB / Dasar -Dasar Perlindungan Tanaman



LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA


DISUSUN OLEH:
Kelompok 2 (Dua)
Nama                           : Rahmad Setiawan                 (E1J013062)
                                                  Sartika Yanti Nababan          (E1J013068)
                                                  Agus Roni Sihombing           (E1J013064)
                                                  Sarina Silalahi                       (E1J013063)
                                                  Jhonson Sirait                        (E1J013067)
Prodi                            : Agroekoteknologi
Hari/Tanggal                : Selasa/2 Desember 2014
Dosen                          : Dr. Ir. Tunjung Pamekas, M.Sc
Co-Ass                                    : Sutan Verdien A.M
                                                  Kerly Defi Hidayat





LABORATORIUM ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNUVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
            Organisme pengganggu tanaman merupakan organisme-organisme yang dapat merusak tanaman baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kerusakan tersebut dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kualitas ataupun kuantitas panen, sehingga merugikan secara ekonomi. Untuk menghin dari kerugian karena serangan OPT, tanaman harus dilindungi dengan cara mengendalikan OPT tersebut. Dengan demikian untuk membasmi organisme penganggu tanaman dibutuhkan suatu substansi yang berfungsi untuk membasmi OPT tersebut yaitu berupa pestisida.
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangatluas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bacteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
            Perlunya penggunaan pestisida dikarenakan pestisida ini merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), dengan adanya pestisida ini petani sangat terantu dalam mencegah serangan hama dan penyakit yang mengganggu hasil panen produk petani baik pada pratanam, tanam, pemeliharaan, panen, sampai pasca panen keberadaan pestisida ini memiliki andil besar untuk  mempertahankan produk pertanian.
            Oleh Karena itu manfaat mempelajari pestisida ini adalah agar dapat lebih mengenal dan mengetahui apa itu pestisida, golongan, dan formulasinya, dan dampak yang tejadi akibat penggunaan pestisida ini sehingga kita dapat memilah mulai dari jenis tanaman, golongan dan jenis pestisida yang akan digunakan sesuai dan dampak yang dihasilkan semaksimal mungkin untuk dihindarkan dan juga formulasi pestisida yang aman untuk digunakan dengan menimbang dampak yang terjadi tidak merusak lingkungan dan ekosistem.

1.2 Tujuan
Mengamati dan membedakan macam-macam formulasi pestisida, cara penyimpanannya dan alat-alat yang sesuai di gunakan untuk pada formulasi yang bersangkutan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak,ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.  ( Herwanto , 1998 )
            Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman.( Hidayat , 2001 )
Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya. Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi :
1.   Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.
2.   Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G.
3.   Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain. ( Arief . 1994 )
4.   Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D.
5.    Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.
6.   Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.
7.   Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Benidiktus . 2010)
            Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1.    Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2.    Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
3.    Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4.    Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5.    Oli (oil) Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. (Untung, 2010)




























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan
3.1.1       Alat
Macam-macam alat aplikasi pestisida, seperti :penugal, soil injektor, spreader, duster, emposan, semi-automatic sprayer, automahtic high spryer, mist blower.
3.1.2       Bahan
Macam-macam jenis pestisida, meliputi pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit, dengan berbagai formulasi, seperti : D, G, WP, EC, DC, ULV, dan lain-lain. Beberapa bahan dasar pembuat pestisida.
.

3.2   CaraKerja
3.2.1       Pengamatan terhadap pestisida
1.             Mengamati contoh-contoh pestisida yang ada. Perhatikan nama pestisida, formulasi, warna, bahan aktif dan kadar bahan aktifnya.
2.             Menyebutkan alat aplikasi yang mestinya dipergunakan untuk pestisida yang bersangkutan dan bagaimana cara menyiapkannya.
3.              Memerhatikan contoh pestisida yang masih dalam kemasan dagang. Apa saja yang tertulis dalam kemasannya dan menyebutkan apakah masih ada informasi lain yang perlu dicantumkan.

3.2.2       Pengamatan alat-alat aplikasi pestisida
1.             Mengamati contoh-contoh alat pestisida yang ada
2.             Menyebutkan setiap bagiannya dan jelaskan fungsi setiap bagian tersebut
3.             Menjelaskan prinsip kerja alat yang amati.
4.             Menyebutkan pula informasi pestisida apa saja yang dapat diaplikasikan dengan alat tersebut.
5.             Menyebutkan apa saja yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan atau perawatan alat tersebut.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Pengamatan Pestisida
No
Nama pestisida
Formulasi
B Aktif
Jenis
Sasaran
Dosis
Perusahaan
Penawar
1
Baycarb 500 EC
EC
BPmc 485 g/l
Insektisida cair
Belalang, lalat buah, walang sangit
0,5-1 l/ha
1 l/ha

1-3 l/ha
Bayer indone sia tbk
Cuci bagian yang terkena dengan air
2
Dursan 20 EC
EC
Klorpiripes 200 g/l
Insektisida cair
Belalang
0,7-1,5 l/ha
Pacific  cimical indone sia
Tanggalkan pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
3
Akodan 35 EC
EC
Endasulfan 350 g/l
Insektisida cair
Ulat grayak dan lalat buah
1-3 ml/l
Saudara tani indone sia
Tanggalkan pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
4
Mecin 50 WP
WP
MPIC 50%
Insektisida tepung
Penghisap padi
2 g/l
Petani persero
Tanggalkan pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
5
Kanon 400 EC
EC
Dimetroat 400 g/l
Insektisida cair
Kutu daun dan thrips
0,5-2 ml/l
Petro kimia kayaku
Tanggalkan pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
6
Matador 25 EC
EC
Lamda sihalotrin 25%
Insektisida cair
Ulat grayak
2-5 ml/l
Zeneca AGR
Tanggalkan pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
7
Kleenup 40 SL
SL
Glifeserat 356 g/l
herbisida cair
Gulma daun lebar dan sempit, alang-alang
1,5-6 l/Ha
Nufam indo nesia
Tanggalkan pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
8
Curacron 50 EC
EC
Proferofos 500 g/l
Insektisida cair
Ulat holtikul tura
2 ml/l
Syngenta indo nesia
Tanggalkan pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
9
Dmag 4 EC
EC
2,4 EP D-Metil Amina
Herbisida cair
Gulma daun lebar
1,5-3 ml/l
Bin gei agung
Tanggalkan pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun
10
Nufam 35 EC
EC
2,4 EP D-Metil Amina
Herbisida cair
Gulma Daun Lebar dan sempit
0,5-1 L/Ha
Nufam Indo nesia
Tanggalkan pakaian yang terkena lalu cuci bagian yang terkena dengan sabun




Tabel 2 alat aplikasi
Alat Aplikasi
Keterangan
http://www.homeright.com/sites/default/files/images/taxonomy/Deck-Pro-1gal.jpg
Bagian          :  nozzle, pompa, pipa penyalur, tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi       : WP, EC, dan S
Perawatan  : Sprayer dicuci atau dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot.
http://www.hiwtc.com/photo/products/1/01/57/15743.jpg
Bagian          :  nozzle, pompa, pipa penyalur, tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi       : WP, EC, dan S
 Perawatan  : Sprayer dicuci atau dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot
http://image.made-in-china.com/2f0j00kMzQoDunbspb/Compression-Hand-Sprayer-NS-2A-.jpg
Bagian          :  nozzle, pompa,  kran, tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi       : WP, EC, dan S
Perawatan  : Sprayer dicuci atau dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot
http://www.incredigrow.ca/images/source/Trigger_Sprayer.jpg
Bagian          :  nozzle, pompa, tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi       : WP, EC, dan S
Perawatan  : Sprayer dicuci atau dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot
http://202.67.224.131/pdimage/05/3068705_sprayerswan6.jpg
Bagian          :  nozzle, pompa, pipa penyalur, tangki cairan
Prinsip kerja: Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara
Formulasi       : WP, EC, dan S
Perawatan  : Sprayer dicuci atau dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot



4.2  Pembahasan
Pestisida yang di amati pada praktikum ini berformulasi EC,WP, DC, dan G. Bentuk formulasi pestisida ini umumnya di buat untuk memudahkan dalam aplikasnya dalam dunia pertanian maupun dalam pengendalian hama non pertanian. Formulasi yang paling mendominasi pada praktikum ini adalah EC. Formulasi EC pada praktikum ini di aplikasikan pada sasaran insekta. Hal ini disebabkan pada umumnya bentuk elmulsi lebih cepat dalam mengurangi tingkat serangan penganggu, selain itu formulasi EC memiliki kelebihan dapat di aplikasikan dengan jenis-jenis alat aplikasi yang sederhana pada tingkat petani. Formulasi yang kedua yang di amati adalah WP dan G, formulasi ini di temukan dalam herbisida pembasmi gulma daun lebar dan daun sempit misalnya poradan .
Pestisida objek pengamatan praktikum ini di dominasi oleh insektisida. Hal ini disebabkan karena pada umumnya hama dalambudidaya yang menyerang tanaman di dominasi jenis insekta. Kelas atau jenis pestisida yang kedua di dominasi oleh herbisida, hal ini disebakan penganggu tanaman yang ke dua adalah jenis gulma. Sasaran pestisida yang ketiga adalah rodensida. Pestisida ini di gunakan oleh petani pada pembasmi tikus.
Penyimpanan pestisida pada umumnya relatif sama. Suhu yang diperbolehkan antara 15-30 0C. Penghindaran dari cahaya matahari yang berlebihan, karena pestisida akan menguap pada penyinaran matahari. Penempatan yang baik adalah di area yang kering. Penjauhan dari jangkauan anak- anak, hal ini di karenakan beracunnya bahan aktif pada pestisida tersebut.
Alat aplikasi pestisida yang di amati pada praktikum ini adalah jenis spreyer. Aplikasi pada spreyer biasanya pestisida formulasi EC,WP dan S. Hal ini biasanya di sesuaikan dengan fungsi dari spreyer tersebut, sebab pada jenis formulasi tersebut dapat di encerkan. Pengaplikasian jenis formulasi EC umumnya di aduk sekali dalam pengaplikasiannya. Hal ini di sebabkan pada formulasi ini tidak akan mengendap bila di aplikasikan dengan spreyer. Jenis formulasi WP umumnya di aduk tiap 30 menit sekali dalam pengaplikasianya. Hal ini di sebabkan adanya pengendapan pestisida tiap 30 menit. Aplikasi pada  jenis G biasanya di tebar langsung di dekat tanaman. Perawatan spreyer pada umumnya dicuci atau dibersihkan agar kandungan pestisida menjadi rendah alat semprot.







BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Nama belakang pestisida seperti SL, AS, F, WSC, EC, WP menunjukkkan formulasi tersebut. EC (emulsifiabel concentrate) jika pestisida ini dicampur air akan membentuk emulsi atau cairan keruh. Emulsifier harus mampu menahan minyak agar tidak klais dalam air tetapi membentuk“ campuran ” dengan segera dan merata.
Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan sasarannya seperti, insektisida sebagai racun insekta / serangga, rodentisida sebagai racun untuk binatang pengerat, herbisida sebagai racun untuk gulma, fungisida sebagai racun untuk jamur, bakterisida sebagai racun untuk bakteri, virisida sebagai racun untuk virus, avisida sebagai racun untuk burung, dan lain sebagainya.
jenis-jenis formulasi tersebut, memberikan gambaran alat-alat aplikasinya yang meliputi hand sprayer, sprayer, kenapsack dan pompaotomatik.  Pompa semi otomatis merupakan alat penyemprot  yang didayai oleh tenaga tangan manusia dengan pompa tekanan tinggi. Prinsip kerja alat penyemprot adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut.

5.2  Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk Praktikan diharapkan lebih teliti dan cermat dalam melakukan segala bentuk praktikum. Selain itu Praktikan diharapkan utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan percobaan ini. Yang terakhir Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan yang ada saat praktikum.











DAFTAR PUSTAKA

Arief . 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Surabaya: Usaha Nasional
Benidiktus . 2010. Handsprayer Alat Penyemprot Pertanian. Kumpulan Artikel Alat & Mesin Pertanian
Herwanto , Totok .  1988. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian.
Hidayat , Anwar .2001. Metode Pengendalian Hama. Departemen Dinas Kesehatan. Jakarta: Depnaskes
Untung,Kasumbogo.2010. Diktat Dasar-Dasar Ilmu Hama TanamanYogyakarta:Gadjah Mada Press