LAPORAN
PRAKTIKUM KEWIRAUSAHAAN
ACARA
6
TEKNIK
SABLON
Nama : Rahmad Setiawan
NPM : E1J013062
Coas : Yesi
Dosen : Dr.
Ir.Hendri Bustamam, MS
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Dasar
Teori
Screen printing dipergunakan
secara luas saat ini, sebagai salah satu cara modern dalam perkembangan
teknik printing. Screen printing sering juga disebut sablon.
Penciptaan bentuk dilakukan dengan menyapukan warna pada bahan screen
yang direntangkan di seluruh permukaan kerangka screen.
Dengan menggunakan proses ini, dapat dibuat daerah berwarna pada
permukaan kain dan desain tersebut bisa dicetak berulang-ulang, sehingga mampu
menghasilkan sejumlah bentuk motif yang serupa(Ruzali, Nanang, 1987).
Kain memiliki jenis
yang sangat bervariatif, demikian pula dari warnanya. Mulai dari dasar muda
sampai dengan warna dasar gelap, hal ini perlu dilakukan verifikasi bahan
mengingat tinta yang dipergunakan berbeda, sehingga tidak terjadi kekeliruan
pencetakan antara tinta yang digunakan dan bahan yang dicetak. Mencetak satu
warna pada kain tidak terlalu banyak mengalami hambatan asal tinta yang
digunakan sudah tepat dengan bahan dasar kainnya. Pencetakan kain dapat dilakukan
di mana saja tidak memerlukan meja khusus tetapi asal datar dan rata sudah
dapat dilakukan asalkan kain sudah ditempatkan pada selembar triplek. Screen
tidak perlu dipasang pada meja tetapi bisa diangkat junjung sendiri, sehingga
sangat praktis dan tidak mengambil tempat yang luas. Pencetakan bendera
misalnya dapat dilakukan di segala tempat bisa di dalam ruangan atau di luar
ruangan, hal ini dipermudah lagi dengan tinta yang digunakan tidak mengalami
penguapan karena udara/cuaca, dan juga bisa dilakukan dua atau tiga orang(Agus,
I. 1994).
Tinta yang digunakan
berupa pasta putih yang ditambah pigment (zat pewarna) sesuai dengan warna yang
dikehendaki, sedangkan sebagai bahan pengencer dipergunakan air biasa. Untuk
membuat acuan pada screen dibutuhkan satu macam model, bisa model positif
ataupun model negative. Adapun model dapat berupa kertas HVS, kalkir hasil
printout dari computer, atau gambar tangan langsung bahkan dari film hasil
pemotretan. Untuk mencetak kain diperlukan peralatan screen dan rakel khusus,
yaitu screen basis air dengan lobang screen yang besar-besar dengan ukuran T60
– T90 dan rakel yang memiliki kelenturan yang baik dan tidak kaku (Fitrihana,
Noor .1986).
Screen atau kain screen
adalah alat untuk memegang gambar yang digunakan mencetak/menyaring cat/tinta,
merupakan peralatan utama yang digunakan dalam kegiatan cetak sablon. Screen
terbuat dari kain kasa (sutra) seperti saringan. Cara menggunakannya adalah
terlebih dahulu screen dipasangkan pada bingkai kayu atau dengan keadaan kain
ditegangkan, sehingga tinta akan mengalir melalui pori – pori screen yang kecil
dan tipis. Screen memiliki beberapa macam ukuran pori - pori (lubang), yang
penggunaannya disesuaikan dengan benda yang akan dicetak, semakin tinggi ukuran
kain screen berarti semakin halus keadaan kain tersebut (semakin banyak
lobang/saringannya), yang berarti lubangnya semakin sempit/kecil, sebaliknya
semakin rendah nomer kain berarti semakin besar pori – pori screen, jumlah
lubangnya semakin sedikit, tetapi lubangnya/pori-pori justru lebih besar (Sutarmo,
dkk. 1995).
Rakel berguna untuk
menekan tinta dari kain screen (saring) ke atas kertas atau bahan lain yang
akan disablon. Biasanya terbuat dari karet atau plastik sintetik. Pada bahan
yang lunak dan tumpul biasanya mengalirkan lebih banyak tinta pada media cetak.
Sedangkan bahan yang keras dan tajam mengalirkan lebih sedikit tinta, sehingga
mempercepat pengeringan (Nusantara, Guntur, 2004).
Gambar/tulisan dibuat
pada kertas tembus cahaya. Pembuatan gambar bisa dilakukan secara manual maupun
dengan komputer. Bagian gambar yang akan diwarnai harus tertutup rapat/rata
dengan cat. Jika menggunakan printer harus yang baik kualitasnya
(janganbergaris garis). Saat ini disain gambar/tulisan umumnya dibuat denagn
komputer (software CorelDraw). Jika menggunakan kertas printer biasa
(HVS/kuarto) hasil print diolesi dengan minyak goreng sehingga menjadi tembus
cahaya dan bagaian yang ada tinta printernya akan kedap cahaya
(tertutup/bloktintaprinter) ( Ruzali, Nanang, 1987)
1.2.
Tujuan
Praktikum
1.
Mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang
jenis bahan dan peralatan untuk cetakan sablon
2.
Mahasiswa terampil membuat cetakan
sablon
3.
Mahasiswa dapat membuat analisa usaha
sablon
BAB
II
METODOLOGI
2.1.
Bahan dan Alat
Ulano
133, Ulano 5,Fujisol, tinta epi sreen inks merah,
biru, dan kuning, screen T 165 atau T 180 ukuran 20 x30 cm,rakel 10 cm, meja
sablon, plaster 5 cm, gunting, cutter, kertas stiker, kantong plastic,
mastercetak, kapas, minyak goring, hair drayer, bantalan ukuran 20 x30 cm, kaca
ukuran 35 x 25 x 0,5cm, hand sprayer 1 liter..
2.2.
Cara
Kerja
Membuat
Master Film
1.
Masing-masing
mahasiswa membuat sebuah rancangan label logo produk dengan ukuran maksimal 210
x 10 cm. contoh produk makanan, minuman, kecap,saos dan produk lainnya.
2.
Label
logo produk berisi nama dan merek produk, logo produk, komposisi, berat/volume
produk, dan alat produsen. Master film dapat dibuat dengan komputer atau
tulisan tangan dengan menggunakan tinta cina. Bila dengan komputer label di
print atau dicetak dikertas HVS 60 atau 70 gram dengan warna hitam.
3.
Kertas
master ini selanjutnya dibasahi dengan minyak goreng sampai tulisannya
transparan. Kelebihan minyak diserap dengan kertas.
Memindahkan master film
1.
Pekerjaan
ini dilakukan di ruangan remang-remang 9mkenggunakan lampu 5 watt) disipakan
screen, bantalan, kaca pelapis, hair drayer, ulano 133, mistar segitiga dan
master film diatas meja.
2.
Mencampurkan
cairan ulano 133 dengan sintesanya, aduk menggunakan batang pengaduk. Ulano 133
diolesi secara merata ke permukaan screen dengan menggunakan mistar segitiga
atau busur derajat. Kelebihan ulano pada screen dikembalikan lagi ke dalam
botol. Pinggiran screen yang kotor diseka dengan kain lap.
3.
Screen
yang telah diolesi ulano 133 dikeringkan dengan menggunakan air drayer.
4.
Screen
diletakkan diatas bantalan.
5.
Master
film diletakkan ke atas screen dalam keadaan terbalik.
6.
Master
film ditindih dengan kaca, kemudian dipanasi dengan sinar matahari selama 30
detik.
7.
Screen
dilepaskan dari bantalan dan kaca, kemudian dibasahi dengan air.
8.
Air
disemprotkan dengan hand sprayer sehingga lubang bekas tulisan di master film
yang tercetak di atas permukaan screen terlepas. Terawangkan ke sinar matagari
sehingga terbaca master yang tercetak di permukaan screen.
9.
Permukaan
screen dipoles dengan cairan deterjen, dibilas, kemudian dikeringkan dengan
menggunakan hair drayer atau dijemur di bawah panas matahari.
10. Pinggiran screen ditempeli dengan
plaster agar tidak terjadi kebocoran. Gambar Tehnik Pemindahan master sablon ke
permukaan Screen Master film Kaca 5 mm BantalanScreen
Mencetak
1.
Latihan
mencetak dilakukan pada stiker dan kantong plastic. Cat yang digunakan adalah
Epi screen ink, pengencernya adalah fujisol 3.
2.
Disiapkan
meja sablon pada ruang yang bersih.
3.
Screen
dijepit dengan engsel yang ada pada meja sablon.
4.
Tuangkan
tinta secukupnya ke atas permukaan screen.
5.
Disaputkan
dengan menggunakan rakel sehingga tercetak sebuag gambar cetakan (master
cetakan) pada permukaan meja sablon. Hasil cetakan di atas meja sablon
dikeringkan dan digunakan sebagai pola untuk mencetak.
6.
Barang
cetakan seperti stiker atau kantong plastik diletakkan diats pola, kemudian
screen diturunkan, dan dimulai pencetakan dengan menyaputkan tinta dengan rakel
dari arah atas ke bawah. Gambar atau tulisan akan tercetak di atas permukaan
stiker atau kantong plastik.
7.
Segera
di ganti dengan stiker atau kantong plastik baru. Stiker atau kantong plastik
yang telah tercetak dikeringkan pada tempat/meja pengering selama 15-30 menit.
8.
Bila
pori screen tertutup hasil cetakan manjadi tidak rata. Dibasahi kapas dengan
minyak fujisol, kemudian digosokan pada permukaan gambar di atas screen.
9.
Dilakukan
pencetakan awal di atas kertas kotor, setelah hasilnya bersih baru diulangi
mencetak pada stiker dan kantong plastik sampai bahan cetakan selesai dicetak
semua.
Membersihkan sreen
1.
Sisa
tinta pada screen dibersihkan dengan menggunkan fujisol, saput dengan rakel,
kemudian dikembalikan ke dalam kaleng.
2.
Gosok
sekali lagi dengan dengan kapas dan cairan fujisol, kemudian ditambahkan
sedikit deterjen dan digosok lagi sampai bersih.
3.
Bilas
dengan air bersih sampai noda tinta hilang.
4.
Dengan
menggunakan kuas, disapukan sedikit ulano 5 (cairan penghapus) pada permukaan
screen.
5.
Didiamkan
selama 3 menit.
6.
Lalu
dibilas dengan air bersih sampai noda cetakan hilang dari permukaan screen.
7.
Screen
dijemur sampai kering dan disimpan untuk dapat digunakan kembali dengan cetakan
baru
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
3.2.
Pembahasan
Praktikum
ini mengenalkan teknik sablon dan seluruh peralatan pendukungnya. Peralatan
yang diperlukan dalam pembuatan sablon seperti diatas. Pengerjaan batik
dilakuakan dengan menyiapkan bahan kemudian membuat konsep gambar dasarnya.
Gambar yang akan disablon pada praktikum ini adalah logo Unib. Langkah kedua
dilakukan pemindahan gambar sehingga gambar tercetak dalam tempat sablon.
Tahapan berikutnya pencetakan pada media sablon. Media yang digunakan adalah
kertas kalender. Pembuatan sablon ini setelah seluruh mahasiswa mencetak maka
dilakukan pembersihan pada media sablon, sehingga media pencetakan bersih
kembali.
Pembuatan
master sablon dilakukan sebelumnya, sehingga dalam kata lain master sablon
telah ditentukan. Master sablon pada
praktikum ini telah ditentukan berupa logo Unib. Hal ini dilakukan agar lebih
cepat dalam pengerjaannya. Hal lain yang dipertimbangkan adalah adanya
keseragaman logo yang akan disablon oleh para parktikan tersebut. Logo yang
akan dibuat master sablon pada paraktikum ini telah dicetak pada kertas A4.
Tahapan
ketiga dalam paraktikum penyablonan adalah pemindahan master ke screen.
Pemindahan master sabloon dilakukan pada ruang yang remang. Hal ini dilakukan
agar hasilnya sempurna, sebab jika dilakukan pada ruang dengan cahaya yang
terang maka tidak akan tebentuk gambarnya secara sempurna ketika dicetak pada
media. Perlakuan dengan gelap ini dilakukan saat penempelan master sablon.
Perlakuan selanjutnya dilakukan pemasaan dibawah sinar matahari. Lama
penyinaran pada perlakuan ini bergantung pada intensitas cahaya tersebut. Warna
yang gelap pada logo akan menyebabkan warna pelapis pada screen lepas, sedang
warna putih akan menyebabkan pelapis screen tetap berada pada screen
selanjutnya hal ini akan menjadikan seperti hasil ketika dicetak.
Pencetakan
pada media dilakukan setelah master telah berada pada screen secara sempurna.
Pencetakan dilakukan secara bergilir antar anggota kelompok dengan bimbingan
dosen. Perhatian yang paling mendasar adalah teknik pencetakan yang dilakukan
oleh mahasiswa. Perhatian ini diharapkan para praktikan dapat memahami dengan
baik tata cara melakukan sablon. Dengan demikian diharapkan para praktikan
dapat mengusahakan produksi sablon secara baik dan sesuai prosedur. Praktikum
ini setiap praktikan diwajibkan mencetak 3 lambang pada kertas yang telah
ditentukan sebelumnya.
Pembersihan
screen dilakukan setelah seluruh kegiatan pencetakan selesai. Pembersihan ini
dilakukan dengan membersihkan sisa sisa tinta pada screen. Hal ini dilakukan
agar seluruh bahan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Tujuan lain adalah
perawatan screen agar dapat bertahan lebih lama. Prosedur pembersihan adalah
seperti diatas. Pembersihan ini harus dilakukan setiap selesai melakukan sablon
agar screen tidak ditumbuhi jamur.
BAB
IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Pengatahuan akan teknik teknik
percetakan terutama sablon sangat beramanfaat bagi mahasiswa. Hal ini dapat
kita manfaatkan berdasarkan peluang usahanya, sebab pada dasarnya penyablonan
ini masih minim dikembangkan oleh para masyarakat. Hal ini merupakan suatu
peluang usaha yang sangat mengiaurkan keuntungannya jika kita usahakan dengan
sunggu-sungguh.
Ketrampilan dalam pembuatan sablon
senbenarnya dapat dilatih. Salah satu teknik dalam pelatihan ketrampilan sablon
adalah dengan melakukan praktikum. Praktikum ini sebernarnya selain dalam
rangka pelatihan juga untuk memerkenalakn lebih mendalam tentang sablon
tersebut.
Analisis usaha sablon dapat kita hitung
melalui kebutuhan material dengan hasil yang kita peroleh dari usaha sablon.
Nilai keuntungan sablon dapat kita katakan layak diusahakan jika nilainya lebih
dari 1. Hal ini didasarkan atas analisis ekonomi yang telah diprelajari bahwa
suatu barang atau usaha dikatakan layak jika telah memenuhi nilai tersebut.
4.2.
Saran
Saran
yang dapat saya sampaikan sebaiknya dalam praktikum dilaksanakan secara runtut
sehingga menghasilkan produk yang lebih maksimal kwalitasnya. Penjelasan kepada
mahasiswa sebaiknya dilakukan lebih mendetail lagi sehingga mahasiswa dapat
melaksanakan prosdur secara benar dan tidak terjaidi keslahan lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus,
I. 1994, Pedoman Cetal Sablon.
Solo: Cv. Aneka Solo.
Fitrihana,
Noor .1986. Sejarah Industri Batik Indonesia, Yogyakarta: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik.
Ismadi.1995. Desain
Kerajinan Tekstil. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Nusantara,
Guntur, 2004. Panduan Praktis Cetak Sablon. Jakarta: Kawan Pustaka.
Ruzali,
Nanang, 1987. Merencana Tekstil. Surakarta: UNS.
Sutarmo,
dkk. 1995, Teknik Cetak Saring,
SMT Grafika Desa Putra, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar