Transparent Sexy Pink Heart RAKHMAT STW: Pengunaan Pestisida Nabati Untuk Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman-Pengendalian Hama Penyakit Terpadu-Rakhmat Stw-UNIB

Sabtu, 20 Februari 2016

Pengunaan Pestisida Nabati Untuk Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman-Pengendalian Hama Penyakit Terpadu-Rakhmat Stw-UNIB



LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU
ACARA 5
PENGUNAAN PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

                                                                                          


Nama                  : Rahmad Setiawan
NPM                   : E1J013062
Prodi                   : Agroekoteknologi
Kelompok                    : 4 (Empat)
Dosen                 : Ir. Tri Sunardi, M.P.
Coas                             : Kerly Defi Hidayat


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Masalah yang dilematis di Lingkungan pertanian adalah Penggunaan pestisida kimia khususnya tanaman Pangan dan Hortikultura. Pemakaian rata-rata petani  masih melakukan penyemprotan secara rutin 3- 7 hari sekali untuk mencegah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kegagalan panen. Hampir semua petani melakukan pencampuran 2 – 6 macam pestisida dan melakukan penyemprotan 21 kali per musim tanam (Adiyoga, 2001). Kebiasaan tersebut memacu timbulnya dampak negatif: polusi lingkungan, perkembangan serangga hama menjadi resisten, resurgen ataupun toleran terhadap pestisida. Penerapan yang berlebihan terhadap pestisida kimia secara akan  mencemari lingkungan, maka diperlukan alternatif pestisida organik (Sudarmo, S. 2005).
 Pestisida organik adalah pestisida yang bahan aktifnya barasal dari tanaman atau tumbuhan, hewan dan bahan oranik lainnya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida organik tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana (Soenandar et al, 2010). Menurut Kardinan (2002), karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi residunya singkat sekali. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya cepat menghilang di alam.
Tanaman atau tumbuhan yang berasal dari alam dan potensial sebagai pestisida nabati umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpen), berbau busuk dan berasa agak pedas. Tanaman atau tumbuhan ini jarang diserang oleh hama sehingga banyak digunakan sebagai ekstrak pestisida nabati dalam pertanian organik (Hasyim, A.et al , 2010). Tanaman yang berpotensi digunakan antara lain daun mimba, daun suren, kunyit, jahe, mindi, sirsak, srikaya dan tembakau (BPTP Bengkulu,2013).

1.2              Tujuan
1.      Mahasiswa dapat membuat ramuan pestisida nabati dari beberapa tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida nabati.
2.      Mahasiswa dapat mengunakan beberapa jenis pestisida nabati terhadap beberapa jenis tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

                Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktekkan 3 abad yang lalu. Pada tahun 1690, petani di Perancis telah menggunakan perasaan daun tembakau untuk mengendalikan hama kepik pada tanaman buah persik. Tahun 1800, bubuk tanaman pirethrum digunakan untuk mengendalikan kutu. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia (Sudarmo, 2005).
            Penerapan pestisida nabati didasari kesadaran masyarakat karena adanya dampak buruk dari pestisida kimia yakni resistensi hama, resurgensi hama, ledakan OPT sekunder, residu pestisida, dan kesehatan manusia. Pestisida nabati atau organik dipandang ramah lingkungan sebab prinsip kerjanya merusak perkembangan telur, larva, dan pupa,  menghambat pergantian kulit,  menganggu komunikasi serangga, menyebabkan serangga menolak makan, menghambat reproduksi serangga betina,  mengurangi nafsu makan,  memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga (Repellent), menghambat perkembangan patogen penyakit (Prasetiyani,2011).
                Sumber pestisida terutama insektisida alami yang baik dan berpotensi dikembangkan adalah mindi. Mindi  (Melia azedarah L.) termasuk tanaman tahunan tergolong kedalam famili Meliaceae, berwarna hitam, baunya tidak sedap serta rasanya pahit sekali. Daun mindi mengandung senyawa glokosida flavonoid dengan aglikon quersetin yang bersifat sebagai insektisida botanis. Pada umumnya bahan aktif yang terkandung pada tumbuhan mindi berfungsi sebagai antifeedant terhadap serangga dan menghambat perkembangan serangga. Daun mindi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai pestisida alami. Ekstrak daun mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mengendalikan hama termasuk belalang. Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan sebagai berikut yaitu daun mindi dipisahkan dari rantingnya, ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25-50 g/L selama 24 jam. Larutan yang dihasilkan disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan dengan cara disemprotkan(Kartasapoetra, 2000). Mindi dikelompokkan tumbuhan pestisida serba guna, adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya (Huda, 2014).
            Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini mempunyai potensi yang tinggi sebagai insektisida botanik. Karena bersifat toksid terhadap beberapa jenis hama dari ordo Orthoptera, Homoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera (Jacobson, 1981). Daun dan biji mimba diketahui mengandung Azadirachtin (Partopuro, 1989; Sudarmadji, 1994). Mengingat tanaman ini tersedia dalam jumlah yang relatif banyak, maka para ahli biologi di Indonesia sejak tahun 1980-an mulai banyak yang mencoba menggunakan ekstrak mimba untuk mengendalikan hama tanaman. Ekstrak mimba dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan air sebagai pelarut. Salah satu cara pengendalian hama di lapangan ialah dengan menyemprotnya pada tanaman. Konsentrasi penyemprotan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian hama dan produksi tanaman. Penyemprotan ekstrak daun mimba secara periodik dan tepat konsentrasi diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman (Bukhari, 2009).
             Tumbuhan lain yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan insektisida nabati dalam pengendalian hama adalah genus Toona (suren) yang termasuk famili Meliaceae dan belum banyak dimanfaatkan. Penggunaan insektisida sintetik dalam pengendalian hama memiliki beberapa keunggulan, diantaranya dapat mengendalikan hama sasaran dengan cepat. Selain memiliki keuntungan, penggunaan insektisida sintetik juga dapat menimbulkan dampak negatif, diantaranya dapat menyebabkan resistensi dan resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami dll. Suren dilaporkan memiliki kandungan bahan surenon, surenin dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida dan anti feedant terhadap larva serangga uji ulat sutera (Darwiati, 2009) dan ditingkat petani di daerah Jawa Barat suren telah digunakan untuk pengendalian walang sangit pada pertanaman padi dan hasilnya cukup baik (Prijono 1999).









 BAB III
METODOLOGI

3.1   Alat Dan Bahan
Alat

Blender
Pisau
Saringan
Timbangan
Telenan
Ember


Bahan

Biji Mindi 1000 g
Daun Suren 1000 g
Daun Mimba 1000 g
Air 3000 ml
Sunligt



3.2  Cara kerja:
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu :
1.      Disiapkan daun Mimba, daun Suren dan biji Mindi.
2.      Memotong atau mencincang daun mimba dan daun suren secara terpisah.
3.      Menimbang masing masing bahan dengan timbangan sebanyak 500 g.
4.      Memblender masing masing bahan yang telah ditimbang dan menambahkan air 500 ml.
5.      Memasukkan masing masing hasil blenderan ke dalam ember yang berbeda.
6.      Mengulangi langkah ke 4, sehingga bahan yang terpakai air 1 liter dan 1kg bahan pada masing masing pestisida.
7.      Memasukkan masing masing hasil blenderan kedalam ember yang dipakai pada langkah 5.
8.      Menambahkan air hingga volume pestisida mencapai 5 liter.
9.      Menutup masing masing ember dengan rapat dan dibiarkan 24 jam, keesokan harinya ketika diaplikasikan disaring dan ditambahkan sunligt sebagai bahan perekat.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
1.      Daun Mimba dan Daun mindi
2.      Daun Mimba
3.      Biji Mindi
4.      Pemblenderan
5.      Hasil Pemblenderan
6.      Penyimpanan di ember


4. 2. Pembahasan
Pembuatan pestisida nabati dilakukan diawali dengan pengumpulan bahan bahan yang ada disekitar lingkungan laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Universitas Bengkulu. Bahan yang terkumpul meliputi daun mimba, daun mindi, daun suren, dan biji mindi. Masing masing bahan dasar dipisah dalam wadah yang berbeda. Hal ini untuk memudahakan pemerosesan selanjutnya. Bahan yang terkumpul ini termasuk golongan insektisida alami. Bahan ini memiliki kriteria khas pada kandungannya sehingga memiliki efektifitas yang tinggi dalam mengendalikan hama sasaran.
Tahapan selanjutnya setelah bahan terkumpul maka dilakukan pemotonga atau pencacahan. Pencacahan dilakukan pada daun mimba dan daun suren. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pemerosesan. Tahap pencacahan merupakan salah satu tahap yang tidak mudah sebab pada saat pencacahan ini kandungan zat kimia dari bahan sangat tercium. Hal ini menjadikan aroma yang kurang sedap. Zat zat yang keluar dan terurai dalam atmosfer menyebabkan rasa pusing bagi praktikan yang tidak tahan. Hal ini cukup menghambat proses pencacahan, sehingga berjalan agak lambat. Hasil pencacahan tempatkan pada wadah yang berbeda, agar mempermudah proses selanjutnya.
Pembuatan pestisida yang memiliki kwalitas yang tinggi memerlukan ketelitian. Salah satu ketelitian yang harus diperhatikan adalah bobot bahan. Proses penimbangan yang dilakukan setiap bahan yang digunakan dipisah-pisahakn dengan bobot 500 g. Bobot bahan ini ditimbang sedemikian didesuaikan dengan kapasitas alat pemblender yang disediakan. Pestisida yang diperlukan untuk masing masing bahan adalah 1000 g, sehingga penimbangan dilakukan dua kali. Perlakuan selanjutnya sebelum dilakukan pemblenderan ditambahkan 500 ml air untuk memermudah prosesnya. Pemberian air sebanyak 500 ml ini didasarkan konsentrasi yang sesuai agar tidak terlalu pekat atau encer jika diblender.
Tahap peracikan pestisida yang terakhir adalah penambahan air hingga menajdi 5 liter pada setiap bahan, kemudian didiamkan selama 24 jam. Hal ini dilakukan agar seluruh kandungan dapat terlalut sempurna dalam air. Kepekatan yang diberikan dengan konsentrasi 5 liter akan memudahkan proses pengluran zat-zat yang menganggu keberadaan OPT. Ketelitian yang perlu diperhatikan dalam pendiaman larutan pestisida adalah kerapatan penutupan wadah. Hal ini erat hubungannya dengan penguapan yang akan terjadi. Penguapan akan mengurangi kandungan zat zat yang menganggu OPT, sehingga akan berpengaruh terhadap efektivitas pestisida.



BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Pembuatan pestisida hayati yang dilakukan dalam praktikum ini berbahan biji mindi, daun suren, dan daun mimba. Ramuan yang dibuat dengan mengekastrak masing masing bahan dengan bobot 1 kg bahan pada 1 liter air. Hasil pembuatan ramuan difermentasi dalam 24jam agar kandungan zat kimia dapat keluar secara sempurna pada masing masing bahan.
Aplikasi pestisida dilakukan terhadap 3 tanaman yang telah ditanam. Penerapannya masing masing tanaman dibagi atas empat kelompok. Aplikasinya tiga kelompok di semprot dengan tiga ramuan pestisida yang telah disiapkan, sedang yang satu kelompok sebagai kontrol.

5.2  Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk Praktikan diharapkan lebih teliti dan cermat dalam melakukan segala bentuk praktikum. Selain itu Praktikan diharapkan utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan percobaan ini. Yang terakhir Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan yang ada saat praktikum.

















DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W. 1987. Overview of Production, consumption, and distribution aspect of hot pepper inIndonesia. Annual Report Indonesian Vegetable Research Institute. Unpublished Report.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. 2013. Petunjuk Teknis   Pembuatan Pestisida Nabati. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. Kota Bengkulu.
Bukhari. 2009.   Efektifitas Ekstra Daun Mimba Terhadap Pengendalian Hama Plutella Xylostella L. Pada Tanaman Kedele.Jurnal Sains Riset.1(1):23-29
Darwiati, W. 2009. Uji Efikasi Ekstrak Tanaman Suren (Toona Sinensis Merr) Sebagai Insektisida Nabati Dalam Pengendalian Hama Daun (Eurema Spp. Dan Spodoptera Litura F.).Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hasyim, A. W. Setiawati, R. Murtiningsih, dan E. Sofiari. 2010. Efikasi dan Persistensi Minyak Serehwangi sebagai Biopestisida terhadap Helicoverpa aemigera . J. Hort. 20(4):377-386
Huda,S. 2014. Pengendali Hayati atau Bio Pestisida Alami. Kumpulan Abstrak Universitas Airlangga, Surabaya.
Jacobson, M. 1981. Neem research in the US departement of agriculture: chemical, biologi and cultural aspect : Natural Pestoicides from the Neem Tree ( Azadirachta indica A. Juss) edited by Schurmutterer., K.R.S. Ascher, and R. Rembold. German Agency for Technical Cooporation. German.
Kardinan, Agus. 2002. Pestisida Nabati. Penebar Swadaya Jakarta
Kartasapoetra, A.G. 2000. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara: Jakarta.
Partopuro, F.P. 1989. Ekstraksi daun Nimba. Pusat Antar Universitas Ilmu hayati. Institut Teknologi Bandung.
 Pasetriyani. 2011. Pestisida Nabati , Mudah , Murah, Dan Ramah  Lingkungan Untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman Hortikultura. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan. 2(1):34-42.
Prijono D. 1999. Penuntun Praktikum Pengujian Insektisida. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Soenandar M, Aeni MN, Raharjo A. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sudarmadji, D. 1994. Prospek dan kendala dalam pemanfaatan nimba sebagai insektisida nabati. Hlm. 222-229. Dalam Prosiding Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. D. Soetopo (editor). Bogor.
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Penerbit Kanisius Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar