Transparent Sexy Pink Heart RAKHMAT STW: Pemeliharaan Tanaman Industri Pada Pbs/Ptp/Produksi Tanaman Industri/Rakhmatstw/UNIB

Rabu, 02 September 2015

Pemeliharaan Tanaman Industri Pada Pbs/Ptp/Produksi Tanaman Industri/Rakhmatstw/UNIB

LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI
ACARA VI
PEMELIHARAAN TANAMAN INDUSTRI PADA PBS/PTP






Nama           : Rahmad Setiawan
NPM           : E1J013062
Dosen                   : Dr. Ir. M. Taufik, M.S.
Co-Ass        : Meilisa Lusi Yanti


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015

LEMBAR PEMGESAHAN



Disusun sebagai laporan akhir semua kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan


PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI


Oleh

Nama : Rahmad Setiawan
NPM : E1J013062



Laporan ini telah diperiksa dan disetujui
Oleh dosen / Co-ass pada
Tanggal                    2015





Bengkulu, 28 Mei 2015

Mengetahui                                         Mengesahakan                                    Praktikan
Dosen,                                                 Co-Ass



Dr. Ir. M. Taufik, M.S.                      Meilisa Lusi Yanti                   Rahmad Setiawan


Daftar  Isi

Cover.............................................................................................................................. ...... 1
Lembar Pengesahan............................................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 4
1.1.   Latar Belakang......................................................................................................... 4
1.2.   Tujuan................................................................................................................ ...... 4
1.3.   Manfaat yang diharapkan.................................................................................. ...... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... ...... 5
BAB III  PELAKSANAAN PRAKTIKUM ............................................................... ...... 9
3.1.   Waktu Dan Tempat........................................................................................... ...... 9
3.2.   Alat dan Bahan.................................................................................................. ...... 9
3.3.   Indikator Pengamatan....................................................................................... ...... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... ...... 10
4.1.   Hasil................................................................................................................... ...... 10
4.2.   Pembahasan....................................................................................................... ...... 10
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... ...... 14
5.1.   Kesimpulan........................................................................................................ ...... 14
5.2.   Saran......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... ...... 15


















BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen.
Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain.
Produk-produk karet tersebut umumnya diekspor. Ekspor karet Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya. Untuk membangun kebun karet baru, dari mulai pembukaan lahan hingga tanaman berumur 5 tahun, diperlukan biaya sekitar Rp 20,5 juta/ha. Bila menggunakan modal kredit dengan tingkat bunga 18% usaha perkebunan karet masih layak. Apabila ada skim kredit yang tingkat bunganya lebih rendah (14%), tingkat kelayakan usaha kebun karet akan semakin tinggi.
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan Kalimantan.

1.2.  Tujuan
Ø  Mahasiswa mampu mengetahui secara langsung tentang pemeliharaan tanaman industri karet

1.3.  Manfaat Yang Diharapkan
Ø  Mahasiswa dapat menerapkan budidaya tanaman karet dilingkungannya maupun ketika bekerja diperusahaan besar seperti di PTPN7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karet merupakan tanaman berumah satu (monoceous), yang dapat menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga. Tanaman karet mulai berbunga pada umur 7 tahun, dan pembungaan terjadi pada akhir musim penghujan dengan proses, mula-mula tanaman menggugurkan daun hingga tanaman kelihatan gundul, kemudian keluar kuncup baru bersamaan dengan mulainnya pembungaan (Soedharoedjian, 1983)
Luas areal perkebunan karet tahun 2008 tercatat mencapai lebih dari 3,5 juta hektar yang sebagian besar yaitu 85% merupakan perkebunan karet rakyat dan hanya 8% perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunan besar milik negara. Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2010, perma-salahan karet Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat. Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya 600 - 650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian, peranan Indonesia sebagai produsen karet alam dunia masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya dapat ditingkatkan secara optimal (Tim Penulis PS, 2009).
Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet mempunyai/memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Saat ini karet yang digunakan di Industri terdiri dari karet alam dan karet sintetis. Adapun kelebihan yangdimiliki karet alam adalah:
a.    memiliki daya lenting dan daya elastisitas yang tinggi,
b.    memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
c.    mempunyai daya aus yang tinggi
d.   tidak mudah panas (low heat build up) dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance) ( M. J. Rosyid. 2006).
Membangun kebun karet diperlukan teknologi budidaya karet yang mencakup beberapa kegiatan yaitu: syarat tumbuh tanaman karet, klon-klon rekomendasi, bahan tanam/bibit, pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama/ penyakit dan penyadapan/panen. Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh diuraikan sebagai berikut:
A. Iklim
Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu harian 25 – 30oC.


B. Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000-2.500 mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5- 7 jam/hari.
C. Tinggi tempat
Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m – 400 m dari permukaan laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu harian lebih dari 30oC, akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik.
D. Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.
E. Tanah
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik
terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah,aerasi dan drainase, tetapi sifat  kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah-tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik (Island Boerhendy. 2010).
Produktivitas tanaman karet ditentukan oleh mutu bahan tanaman/bibit yang ditanam, mutu bibit/benih dipengaruhi oleh mutu genetik, mutu fisiologi, mutu fisik. Persiapan bahan tanam dilakukan sebelum penanaman dengan tenggang waktu kira-kira 1,0- 1,5 tahun. Klon-klon unggul anjuran pada tanaman Karet yang dikeluarkan Balai Penelitian Sembawa yaitu :
a.    Klon penghasil lateks; BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR
b.    104, PB 217, PB 260.
c.    Klon penghasil lateks dan kayu; AVROS 2037, BPM 1, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 112, IRR 118, PB 330, PB 340, RRIC 100.
d.   Klon penghasil kayu; IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78.
Khusus bahan tanaman ada tiga komponen yang perlu disiapkan yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood) dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam (Andoko Agus dan Didit Heru Setiawan`dan, 2008).
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sbb:
v  Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1/2 - 3/4 cm.
v  Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata diambil dari ketiak daun.
v  Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit jendela dan kambium
v  Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang tebalnya 0,04 mm.
v  Minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.
v  Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan arah pemotongan miring. (Balai Penelitian Perkebunan Sembawa, 1981) Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI, LCB 1320 dan PR 228.
Penanaman baru harus dimulai dengan langkah awal, apakah lahan tersebut cukup sesuai untuk budi daya karet. Memastikan lahan tersebut sesuai atau tidak merupakan hal penting karena setiap tanaman memerlukan syarat-syarat khusus untuk pertumbuhannya. Terlebih lagi, karet merupakan tanaman tahunan, sehingga jika diketahui produktivitasnya rendah diperlukan waktu bertahun-tahun untuk peremajaannya. Langkah seperti ini tentunya merupakan pemborosan yang sebenarnya tidak perlu. Kegiatan pengolahan lahan, baik untuk newplanting maupun replanting sebenarnya sama saja. Langkah pertama pengolahan lahan adalah membabat pepohonan yang tumbuh. Tentunya, pada newplanting jenis pohon yang tumbuh di areal relatif banyak dengan ketinggian dan diameter batang beragam. Sementara itu, pada replanting pohon yang tumbuh hanya karet dengan ketinggian dan diameter yang sama(Island Boerhendy. 2010).
Jarak tanam dalam budi daya tanaman apa pun harus mendapatkan perhatian memadai agar produktivitasnya optimal. Jarak tanam sangat ditentukan sosok tanaman. Semakin tinggi dan lebar tajuk tanaman, harus semakin jauh jarak antar tanamannya, dengan harapan tajuk tanaman dan perakarannya tidak saling bertaut. Idealnya, semakin jauh jarak antar tanaman akan semakin baik hasilnya. Meskipun demikian, prinsip ini bertentangan dengan efisiensi penggunaan lahan. Karenanya, untuk setiap jenis tanaman harus ditentukan jarak tanam optimal, yaitu jarak tanam yang tidak menghambat pertumbuhan dan penggunaan lahan tetap efisien. Untuk tanaman karet, jarak tanam optimal tersebut adalah 3 x 7 meter jika ditanam secara monokultur. Sementara itu, jika ditanam secara tumpangsari, jarak tanam bisa lebih jauh lagi, tergantung tanaman yang ditumpangsarikan (Rosyid, Jahidin. 1994).
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanaman karet dengan sistem tumpangsari adalah jarak tanam jangan terlalu rapat agar tidak terjadi persaingan dalam memperebutkan usur hara. Jika sampai terjadi persaingan, baik tanaman utama maupun tanaman yang ditumpangsarikan, pertumbuhannya akan terhambat. Dalam penanaman dengan sistem tumpangsari umumnya para petani karet menggunakan jarak tanam pagar. Artinya, tanaman tumpangsari berfungsi sebagai pagar atau mengapit tanaman utama. Dalam cara ini jarak tanam dalam barisan dibuat rapat dan jarak tanam antar barisan renggang. Cara seperti ini memungkinkan tanaman mendapat sinar matahari secara optimal(Puslitbang Tanaman Industri. 1998).
Penamaman tanaman penutup tanah di lahan karet dilakukan untuk mencegah erosi dan mempercepat matang sadap. Ada tiga kelompok tanaman yang dapat digunakan, yaitu tanaman merayap, semak-semak, dan pohon. Tanaman merayap yang baik digunakan adalah jenis kacang-kacangan. Kelompok semak-semak yang bisa digunakan antara lain Crotalaria usaramoensis, Crotalaria juncea, dan Tephrosia candida. Sementara itu, dari jenis pepohonan yang sering dimanfaatkan adalah petai cina (Leucaena glaucd) (Chairil Anwar, 2007).
Tidak semua bibit karet yang ditanam di lahan bisa hidup. Persentase kematian bibit yang bisa ditolerir dalam budi daya karet adalah sebesar 5%. Karenanya, diperlukan penyulaman untuk mengganti bibit yang mati tersebut. Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 - 2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian tanaman yang hidup dan yang mati. Karena penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 - 2 tahun, bibit yang digunakan berupa bibit stum tinggi berumur 1 - 2 tahun agar tanaman bisa seragam. Penyiangan dalam budi daya karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Karenanya, kegiatan penyiangan sebenarnya bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu perkembangan tanaman karet. Meskipun demikian, umumnya penyiangan dilakukan tiga kali dalam setahun untuk menghemat tenaga dan biaya. Pemupukan tanaman pada budidaya karet adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat matang sadap, sehingga panen lateks dapat dilakukan secepatnya. Kegiatan pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu manual circle dan chemical strip weeding (Andoko Agus dan Didit Heru Setiawan`, 2008).

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
            Acara praktikum kali ini diadakan pada hari sabtu, tanggal 25 April 2015. Lokasi praktikum di PTPN 7 Unit Padang Pelawi, Suka Raja.

3.2 Bahan dan Alat
v  Buku penuntun praktikum
v  Pena
v  Buku catatan

3.3 HAL-HAL YANG PERLU DIAMATI
3.3.1 Hal-Hal Yang Diamati Pada Tanaman Karet Belum Menghasilkan (TBM)
v  Gulma apa saja yang dominan tumbuh diperkebunan karet sebelum sadap
v  Ditanyakan kepihak kebun cara-cara pengendalian gulma yang dilaksanakan atau ada berapa cara mengendalikan gulma diperkebunan karet
v  Perlu difoto atau diamati gulma yang tumbuh disekitar tanaman karet.
v  Untuk karet periode pemupukan dalam setahun berapa kali dan pupuk apa yang digunakan, serta apakah ada penggunaan kapur dan supplemen lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan.
v  Sebelum pemupukan apakah ada anilisis tanah yang dilakukan pihak perkebunan.
3.3.2 Hal-Hal Yang Diamati Pada Tanaman Karet Sudah Menghasilkan (TM)
v  Pupuk dan jenis serta periode pemupukan berapa kali dalam setahun.
v  Apakah perlu selalu dilakukan pengapuran
v  Gulma apa saja yang dominan pada tanaman karet yang sudah menghasilkan.
v  Cara pengendalian gulma ada beberapa cara
v  Perlu juga diamati lebar piringan pada tanaman karet dan apa kegunaanya.
v  Dimana ditempatkan tempat pemungutan hasil.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
           Pada acara praktikum lapangan ini kami dibawa ke perkebunan tanaman industri yakni PT. PERKEBUNAN NUSANTARA 7 (PTPN7), Unit Padang Pelawi, Kec. Sukaraja, Kab. Seluma dengan Luas lahan 4.225 ha, yang terdiri dari 8 kapling dengan 2 tahap penanaman yaitu penanaman tahun 2003 dan 2012. Pada acara ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap pertanaman karet baik tanaman belum menghasilkan (TMB) maupun tanaman menghasilkan (TM). Pengamatan dilakukan mulai dari proses pembibitan, tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan dan eksploitasi produksi.
           Berikut merupakan skema alur proses bisnis tanaman karet di PTPN7:
 

Pembibitan TU, TB, KK
Text Box: Eksploitasi
ptoduksi
TM
 
   TBM
 
                                                                                                  
produksi
 

Pabrik
pengolahan
 

                                                                                                                                                                                                                                                                                                    


4.2 Pembahasan                                                                                                                  
A. Pembibitan
Pembibitan dibagi menjadi dua yaitu pre nusery dan main nusery :
1.    Pre nusery yaitu biji, seleksi biji, penderaan, kecambah siap tanam. Pada pre nursery ini membutuhkan lama waktu 14 hari.
2.    Main nusery dilakukan mulai dari pengolahan tanah, persiapan areal, pemindahan bibit, pemeliharaan bibit, pemupukan dan pengendalian HPT. Pada main nursery ini dibutuhkan lama waktu 8-12 bulan.
B. TBM (tanaman belum menghasilkan)
           Pada pemeliharaan TMB ini bertujuan untuk memperoleh tanaman TBM yang prima . siap sadap pada umur 4 tahun. Beberapa proses pemeliharaan diantaranya yaitu : weding, wiping, strip weding, menunas, pemupukan, hama penyakit, bokor, pemeliharaan jalan dan pemeliharaan saluran air.
           Pada TBM ini dalam melakukan pemupukan dapat mengikuti panduan sebagai syarat teknis yaitu curah hujan minimal 50 mm/ dekade (dasa hari), bokoran/ piringan bersih dari gulma dan juga memperhatikan ukuran dosis, jenis, cara dan waktu pemupukan. Selain itu juga pemupukan dapat dikatakan efektif jika:
v Tepat dosis artinya jumlah yang dibutuhkan cukup
v Tepat jenis artinya semua unsur hara yang diperlukan diberikan
v Tepat cara artinya pupuk ditabur atau dipoket
v Tepat waktu artinya rotasi/ curah hujan.
           Berikut merupakan contoh Rekomendasi Dosis Pemupukan TBM Karet Berdasarkan Surat Direksi No. 7.3/7/08/2008, Tanggal 10 Maret 2008.
TAHUN
APLIKASI
BULAN
GRAM/PHN/APLIKASI
ZA
SP36
MOP
KIES
TBM.1
6X/ tahun
Januari
40
15
15
5
Februari
50
25
15
5
Maret
60
25
20
10
Mei
80
25
30
10
September
80
30
30
10
November
90
30
40
10
Total 1 tahun
400
150
150
50
TBM.2
6X/ tahun
Januari
70
30
20
10
Maret
80
30
30
10
Mei
100
30
50
20
September
100
50
50
15
November
100
60
50
20
Total 1 tahun
450
200
200
75
TBM.3
4X/ tahun
Januari
100
40
50
15
Maret
125
50
50
20
Mei
150
60
75
25
Oktober
150
75
100
40
Total 1 tahun
525
225
275
100
TBM.4
4X/ tahun
Januari
125
50
75
15
Maret
150
50
75
20
Mei
175
75
100
25
Oktober
175
75
125
40
Total 1 tahun
625
250
375
100

           Pada tanaman karet TBM seringkali diserang oleh penyakit jamur akar putih. Namun dalam hal ini jamur akar putih masih dapat dikendalikan. Jamur ini menyerang perakaran pohon karet. Pohon yang terserang perlu diisolasi dengan cara membuat parit disekeliling pohon agar tidak menular ke perakaran pohon disekitarnya. Selanjutnya perakaran yang telah dibersihkan disiram dengan larutan fungisida bayleton 250 ec dosis 5 cc/liter. Dalam pengendalian, untuk 8 pohon disekitarnya pohon sakit juga diberi perlakukan.

C. TM (tanaman menghasilkan)
           Pada alur bisnis tanaman menghasilkan dibagi menjadi dua yaitu :
1.      Pemeliharaan, bertujuan untuk menjaga atau memelihara sanitasi dan kesehatan tanaman tersbut
Langkah- langkah pemeliharaan tanaman menghasilkan yaitu:
v  Stanp weding : 2 rotasi/tahun
v  Wipping          : 6 rotasi/tahun
v  Pemeliharaan   : saluran air, teras, dan jalan.
v  Pemupukan     : 2 rotasi/tahun (maret – april) dan ( oktober – november)
v  Pengendalian hama dan penyakit

D. Eksploitasi Produkasi
           Eksploitasi produksi, bertujuan untuk mendapatkan produksi yang optimal dan berkesinambungan (sustainable). Pada eksploitasi produksi juga memiliku alur bisnis, diantaranya yaitu prinsip eksploitasi, organisasi panen, teknik pelaksanaan panen, proses pengumpulan hasil panen, dan pengawasan mutu. Dalam hal ini, eksploitasi produksi juga memiliki prinsip. Prinsip eksploitasi yaitu penyadapan (eksploitasi) tanaman karet adalah suatu teknik memanen tanaman karet sehingga memperoleh hasil karet maksimal sesuai dengan kapasitas produksi tanaman dalam siklus ekonomi yang direncanakan. Kemudian, menyadap tanaman karet ibarat kegiatan membuka kran, sedangkan banyaknya produksi tergantung pada kapasitas produksi tanaman.
           Dalam meningkatkan hasil kapasitas produksi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, pertama kita lakukan pemilihan jenis klon tanaman karet yang bagus saat akan menanam, kita pertimbangkan pula kondisi iklim yang ada, kesuburan tanah dan kualitas pemeliharaan diperhatikan, variasi musim dan kondisi tajuk serta umur tanaman/ bidang sadap juga diperhatikan.
           Pada sistem sadap dikenal istilah D-3 yang artinya tanaman dilakukan penyadapan setiap 3 hari sekali. Terdapat 3 kriteria utama pada batang karet yang siap untuk disadap. Kriteria tersebut yaitu lilit batang karet besar dari 45 cm, homogenitas tanaman siap sadap perhektar sekitar 65-75% dan tebal kulit besar dari 7mm.
           Berikut merupakan tahapan buka sadap pada perkebunan karet di PTPN7:
1)        Pastikan kulit batang > / 45 cm dengan tanda totol 3 dan populasi mencapai 60% dari areal.
2)        Menggambar bidang sadap, tentukan bidang b0-1 sebelah timur pohon ½ lingkaran (1/2 s) tinggi 130 cm alur terbawah dengan kemiringan 400C.
3)        Buat senderan depan dan belakang yang membagi ½ lingkaran pohon.
4)        Tahapan buka sadap dimulai sebagai berikut:
·      Irisan ke-1,1 mm memperjelas gambar alur 400C
·      Irisan ke-2, menambah kedalam 1mm memperdalam alur sadap posisi pisau 900 tegak lurus pohon
·      Irisan ke-3,4 menambah kedalaman 2 mm membuat benteng alur posisi pisau 900 tegak lurus pohon
·      Irisan ke-5, menambah kedalam menjadi 5mm posisi pisau 450 terhadap tegak pohon.
           Dalam kegiatan pemanenan karet, dalam hal ini pemanenan getah/ latek karet menggunakan peralatan berupa pisau sadap, mangkok latek, ember latek, cup hanger, talang sadap, dan tali ijuk. Dalam hal ini, pisau sadap berguna untuk menyadap karet, mangkok latek untuk menampung hasil sadap, ember latek untuk menampung hasil pengumpulan latek dari mangkok-mangkok sadap, cup hanger untuk menahan/ meletakkan mengkok latek pada batang karet, talang sadap untuk tempat mengalirkan getah karet ke mangkok latek dan tali ijuk juga berfungsi untuk mengikat mangkok latek dengan pohon/ batang karet.















BAB V
PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
Teknik penanaman yang diterapakan oleh PTPN 7 padang pelawi pada dasarnya telah sesuai dengan teori yang ada. Hal ini didapat dari pembandingan prosedur pada PTPN 7 dengan pustaka yang ada. Dengan demikian maka pengetahuan ini merupakan wujud pembelajaran langsung bagi mahasiswa dalam penerapan teori-teori yang telah didapat pada kuliah dikampus. Pengetahuan tentang pembudidayaan dan manageman karet ini sangat berguna untuk mahasiswa terutama saat nantinya menghadapi dunia kerja.


5.2.  Saran
            Saran yang dapat saya sampaikan dalam praktikum sebaiknya praktikan lebih cermat dalam memerhatikan penjelasan, agar hasil yang diperoleh lebih runtut dan baik. Praktikan perlu memerhatikan ketelitian kerja agar hasil informasi antar kelompok dapat seragam




















DAFTAR PUSTAKA
Andoko Agus dan Didit Heru Setiawan`, 2008. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet, PT Agro Media Pustaka, Jakarta.
Balai Penelitian Perkebunan Sembawa, 1981.  Tanaman Karet, Seri Pedoman No.1.
Chairil Anwar, 2007. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah disampaikan pada Pelatihan Tekno Ekonomi Agribisnis Karet, 18 Mei 2006. Jakarta.
Island Boerhendy. 2010. Manajemen dan Teknologi Budidaya Tanaman Karet, Balai Penelitian Sembawa.
M. J. Rosyid. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya karet Bagi Pengembangan Wilayah Pasang Surut di Kalimantan Tengah. Balai Penelitian Karet, Sembawa, Sumatera Selatan
Puslitbang Tanaman Industri. 1998. Peremajaan, Rehabilitasidan Diversifikasi Usaha Tani Karet, 1998
Rosyid, Jahidin. 1994. Pola Tanam Perkebunan Karet Rakyat, Palembang, Balai Penelitian Sembawa..
Soedharoedjian. 1983. Diktat Pedoman Praktek Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian         UGM, Yogyakarta.
Tim Penulis PS, 2009. Panduan Lengkap Karet, Penebar Swadaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar