LAPORAN
PRAKTIKUM IRIGASI DAN DRAINASE
ACARA
9
MENGUKUR
KUALITAS AIR IRIGASI
Nama : Rahmad Setiawan
NPM : E1J013062
Prodi : Agroekoteknologi
Hari tanggal : Kamis, 7 Mei 2015
Coas : Rizky Septika Utami
Dosen : Dr. Ir Sigit Sudjatmiko, M.Sc
LABORATORIUM
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Air merupakan salah
satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun semusim
untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang dapat diserap tanaman adalah
air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran. Akar tanaman dari
semua komponen agroforestri menyerap air dari tandon air yang sama dan pada
kapasitas yang terbatas. Bila jumlah air dalam tandon berkurang terjadilah perebutan
antara akar-akar berbagai jenis tanaman yang ada untuk mengambil air. Dalam hal
ini terjadi kompetisi untuk mendapatkan air guna mempertahankan pertumbuhan
masing-masing jenis tanaman.
Air irigasi hal yang
penting diperhatikan adalah masalah kualitas airnya dimana nilai kualitas air
irigasi menentukan batasan dan pengunaan dari air irigasi untuk pertanian, dan
juga mengetahui apakah air tersebut tercemar dan tidak baik digunakan sebagai
kebutuhan sehari-hari juga sebagai air pertanian. Air irigasi berperan sangat
penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi
tanaman padi di lahan sawah. Produksi padi tanah sawah akan menurun jika
tanaman padi menderita cekamann air (Water stress).
Kualitas air merupakan suatu mutu yang ditetapkan sesuai standar yang ada.
Standar mutu yang digunakan berbeda-beda tergantung dari penggunaan air itu
sendiri. kualitas air irigasi salah dapat dilihat dari segi kimia, fisika dan
biologi. Sedimen merupakan endapan tanah yang ikut terbawa dalam air. Adanya sedimen
dalam penyaluran di saluran irigasi tentunya harus diminimalkan. Hal tersebut
dikarenakan dapat menurunkan kualitas air irigasi. Air irigasi apabila
dialirkan dalam suatu lahan dan air
tersebut mengandung sedimen maka dapat mengubah tekstur suatu tanah tersebut.
Serta dapat merugikan karena mempersempit saluran yang disebabkan banyak
endapan sedimen yang ada.
Secara
sederhana, kualitas air dapat diduga dengan melihat kejernihannya dan mencium
baunya. Namun ada bahan-bahan pencemar yang tidak dapat diketahui hanya dari
bau dan warna, melainkan harus dilakukan serangkaian pengujian. Hingga saat
ini, dikenal ada 2 jenis pendugaan kualitas air yaitu fisik-kimia dan biologi.
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur dan membandingkan kualitas
air irigasi dari berbagai tempat di Bengkulu.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Noordwijk dkk (2004) membedakan sumber air irigasi menjadi 2 yaitu
air permukaan (surface water) dan air bawah tanah (ground water). Air permukaan
meliputi danau alami, waduk, dam dan sungai. Air permukaan dapat ditingkatkan
ketersediaannya dengan memanen air hujan/aliran permukaan, sedangkan sumber air
bawah tanah biasanya dimanfaatkan melalui pembuatan sumur dalam atau artesis
(deep wells), mata air (springs) atau menggali/membuat kolam.
Sumber
irigasi harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi tanaman yang
akan dialiri, karena dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kualitas
hasil produksi pertanian. Kualitas air merupakan faktor utama yang perlu
dipertimbangkan dalam budidaya tanaman secara hidroponik. Tanaman terdiri atas
80 – 90% air sehingga ketersediaan air yang berkualitas sangat penting untuk
mendukung keberhasilan proses budidayanya (Susila dan Poerwanto, 2013).
Kualitas air dapat ditentukan dari apa yang terkandung di dalam sumbernya
(sumur atau sungai), juga tingkat kemasamannya.
Kualitas air irigasi
teknis yang diberikan terhadap tanah sawah dapat diperkirakan memenuhi dasar
atau ketentuan sebagai berikut:
1.
Mengandung konsentrasi garam total
dengan komposisi dan tingkatan yang tepat. Partikel tanah akan mendukung
lingkungan equilibrium bila ditambahkan air irigasi berkualitas
2.
Prediksi atau penentuan pemberian
irigasi dapat membantu mengubah sodium menjadi bentuk yang dapat ditukar
3.
Determinasi kedalaman air irigasi dapat
diterapkan untuk mendukung kondisi equilibrium yang sesuai dengan zona
perakaran untuk mengantisipasi konsentrasi garam yang terlalu tinggi pada
irigasi (Zimmerman, 1966).
Menurut Marwah Sitti (2011), kualitas air yang
meliputi karakteristik fisik airdiantaranya :
1.
Kekeruhan: Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh
adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti
lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
2.
Temperatur: Kenaikan temperatur air menyebabkan
penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah
akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin
saja terjadi.
3.
Warna: Warna air dapat ditimbulkan oleh
kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak
senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
4.
Solid (Zat padat): Kandungan zat padat
menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut.
Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air
5.
Bau dan rasa: Bau dan rasa dapat dihasilkan
oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S
yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik
tertentu.
Kualitas air pengairan
harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan
dialiri, karena dalam jangka waktu yang panjang dapat mempengaruhi kualitas
hasil. Kualitas air pengairan sangat bergantung pada kandungan sedimen atau
lumpur dan unsur-unsur kimia dalam air tersebut. Sedimen atau lumpur akan
berpengaruh terhadap tekstur tanah. Tanah dengan tekstur tanah sedang sampai
kasar, sedimen akan menghambat permeabilitas penampang tanah akibat pori-pori
tanah tersumbat oleh sedimen tersebut, serta menurunkan kesuburan tanah.
Sedimen atau lumpur yang mengendap di dalam saluran irigasi akan mengurangi
kapasitas pengaliran air dan memerlukan biaya tinggi untuk membersihkannya
(Kurnia 2004).
Keasaman
dan kebasaan dari air dinyatakan dalam pH dan diukur dalam skala 0 sampai 14.
Angka yang semakin rendah menunjukkan kondisi larutan yang semakin masam, sebaliknya
semakin tinggi pH maka kondisi larutan semakin alkalin. Skala pH adalah
logaritmik, artinya peningkatan 1 angka, misalnya 4 ke 5 menunjukkan 10 kali
peningkatan alkalinitasnya, demikian juga sebaliknya. Pengukuran pH
mencerminkan reaksi kimia air dan larutan hara. Kondisi pH larutan hara sangat
menentukan tingkat kelarutan unsur hara, dan ketersediaan hara bagi tanaman,
dalam hal ini adalah air irigasi (Susila dan Perwanto, 2013). Kondisi pH
optimum pada air irigasi (air kelas IV menurut PP No. 82 Tahun 2001) berkisar
antara 6-9.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum mengukurkualitas air irigasi adalah pH stick,
conductivity meter, thermometer, ember kapasitas 10 liter, botol 1,5 liter,
pengaduk, oven, cawan aluminium, timbangan analitik.
Bahan
yang digunakan adalah water sample ( air saluran irigasi danau dendam, air
saluran irigasi sungai hitam, air saluran irigasi kemumu, air saluran irigasi
laboratoriun TIP dan air AC.
3.2
Prosedur
Kerja
- Mengambil
sampel air pada saluran irigasi primer, sekunder dan saluran drainase.
Pada saluran primer mengambil sampel air di 3 titik yaitu pada bagian
tengah dan dua pada bagian tepi saluran, masing-masing tepi kanan dan
kiri.
- Mengambil
contoh air di masing-masing titik dengan menggunakan water sampler.
Mencatat ketinggian air di saluran dan menurunkan water sampler sampai ½
ketinggian air. Khusus untuk saluran drainase, pengambilan sampel air
menggunakan gayung karena dangkal.
- Saat
mengambil sampel air dilakukan pengukuran pH dengan pH stick dan
pengukuran suhu.
- Mengkomposit
air yang diambil dari ketiga titik didalam ember dan setelah itu mengaduk
kemudian dimasukkan ke dalam botol berkapastas 1,5 liter
- Dibawa
ke laboratorium untuk dianalisis diantaranya:
a.
Menguji bau dan warna sampel air
b.
Mengukur kadar garam dengan cara mengukur daya
hantar listrik sampel air
c.
Mengukur sedimen atau kekeruhan sampel air
dengan cara:
Ø Diaduk
air selama 5 menit
Ø Ditimbang
berat cawan alumunium sebelum digunakan (a)
Ø Air yang
telah homogen kemudian diambil ± 100 ml dimasukkan ke dalam cawan alumunium
kemudian dioven pada suhu 1050 C sampai mengering (sekitar 48 jam)
Ø Ditimbang
berat keseluruhan setelah di oven (b)
Ø Dihitung
berat sedimen (b-a) gram. Dihitung
kosentrasi dengan persamaan : kosentrasi (gram/L) = berat sedimen (gr)/volume
air
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel Hasil Pengamatan
No
|
Sumber Air
|
Ph
|
Temperatur (0C)
|
DHL (µs)
|
Berat
Sedimen (gram)
|
1
|
AC
|
7,6
|
29,3
|
49,5
|
3,9
|
2
|
Sungai hitam
|
4,5
|
29
|
160,7
|
5,2
|
3
|
Air kemumu
|
6
|
29
|
60,6
|
3,8
|
4
|
Sawah depan TIP
|
5,9
|
29,1
|
86,6
|
4,9
|
5
|
Air dendam
|
5,8
|
29,2
|
51,8
|
4,2
|
Perhitungan
v Berat kertas + air sebelum di oven (A)
·
AC= 8,3 gram
·
Sungai hitam=
8,6 gram
·
Air kemumu= 7,2
gram
·
Sawah depan TIP=
7,25 gram
·
Air danau
dendam= 7,5 gram
v Berat kertas + air setelah di oven (B)
·
AC= 3,4 gram
·
Sungai hitam=
3,4 gram
·
Air kemumu= 3,4
gram
·
Sawah depan TIP=
3,3 gram
·
Air danau
dendam= 3,3 gram
Berat Sedimen
BS = A-B
1. sumber air AC
BS = 8,3 gram – 3,4 gram = 4,9 gram
2. sumber air Sungai Hitam
BS = 8,6 gram – 3,4 gram = 5,2 gram
3. Sumber air kemumu
BS = 7,2 gram – 3,4 gram = 3,8 gram
4. Sumber air sawah depan
TIP
BS = 7,25 gram – 3,3 gram = 3,95 gram
5. Sumber air danau dendam
BS = 7,5 gram – 3,3 gram = 4,2 gram
Konsentrasi Sedimen
KS = Berat Sedimen / Volume Air
Volume air = 20 ml= 0,02 L
1. Sumber air AC
KS = 4,9 gram / 0,02 L = 245 gr/L
2. Sumber air sungai hitam
KS = 5,2 gram / 0,02 L = 260 gr/L
3. Sumber air kemumu
KS = 3,8 gram / 0,02 L = 190 gr/L
4. Sumber air sawah TIP
KS = 3,95 gram / 0,02 L = 197,5 gr/L
5. Sumber air danau dendam
KS = 4,2 gram / 0,02 L = 210 gr/L
4.2
Pembahasan
Praktikum untuk menentukan kwaliatas air
dialkuakn dengan menganalisis 5 sample air. Sample air yang digunakan meliputi
air AC, Sungai Hitam, Kemumu, Sawah TIP, dan danau dendam. Sample air tersebut
diamati dengan empat karakteristik untuk kemurnian air sehingga kita dapat
menentukan kwalitas air yang ada. Karakteristik yang diamati meliputi pH , DHL,
suhu, dan sedimen yang terkandung dalam air.
Karakter pH dianggap perlu dalam penentuan kwaliatas air.
pH yang baik seperti yang kita tahu bahwa air yang baik akan ber-pH netral.
Dengan demikian indikator pH akan memberikan gambaran sekilas tentang nilai
kwalitas air disamping karakterlain yang dihitung selanjutnya. Hasil
perhitungan nilai pH dari seluruh sample yang ada menunjukkan pH pada contoh
air AC cenderung kebasaan namun dalam hal kebutuhan untuk irigasi masih
dianggap memenuhi syarat. Pengujian contoh yang mendekati nilai netral
selanjutnya adalah air dari kemumu yang ber- pH 6, yang berarti kwalitas air
dari kemumu kalau ditinjau dari nilai pH masih terdapat zat kontaminasi. Air
yang memiliki nilai pH yang selanjtnya lebih rendah adalah dari sawah TIP, pada
air ini nilai keamasaman semakin terlihat dengan pH 5,9. Analisis pH air yang
selanjutnya dilakukan pada contoh air dari danau dendam dengan hasil nilai pH
turun pada angka 5,8 yang berarti keasaman dari zat kontaminasi cukup tinggi.
Nilai pH yang paling rendah ditunjukkan pada sample air dari sungai hitamyang
mencapai 4,5 hal ini berarti kemurnian dan kwalitas airnya cukup rendah.
Suhu pada masing masing sample
berdasarkan hasil pengukuran masih homogen. Rentang suhu yang dimilki pada
masing-masing sample pada 29,0- 29,20C. Indikator suhu pada
pengamatan ini tidak begitu mengambarkan nilai kwalitas air. Hal ini dapat kita
analisis dengan nilai yang cukup homogen menunjukkan jumlah zat yang terlaurut
dalam masing-masing sample tidak begitu mengubah peningkatan suhu air.
Tinjauan dari segi daya hantar listrik
menunjukkan keserasian dengan nilai uji indikator pH. Hal ini dapat kita lihat
daengan membandingkan nilai pH dan daya hantar listrik. Hasil yang didapat
menunjukkan bahwa setiap terjadi penurunan pH maka akan terjadi kenaikan daya
hantar listrik. Pengetahuan yang ada menyatakan dengan semakin asamnya pH maka
akan semakin tinggi nilai daya hantar listrik. Hal ini disebabkan dengan semakn
masamnya air maka zat terlarut didalamnya semakin tinggi dan menunjukkan
semakin buruknya kwaliatas air tersebut.
Hasil pengukuran sedimen yang diperoleh
menunjukkan angka yang paling dekat dengan nilai netral memiliki sedimen yang
paling sedikit. Air dengan pH yang rendah memilki kandungan sedimen paling
banyak. Air dengan pH yang melebihi nilai pH netral menempati urutan kedua
terbanyak memiliki kandungan sedimen, hal ini memberikan gambaran bahwa semakin
asam pH semakin jelek kualitas air, begitu juga dengan kebasaan pada air, akan
menurunkan kwalitas air.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kwalitas air yang baik adalah yang
memilki pH netral atau mendekati netral. Hal ini disebabkan dengan pH yang
netral atau mendekati netral membuktikan zat terlalut dalam air tersebut
rendah. Penurunan pH yang semakin masam akan menurunkan kwalitas air tersebut.
Air yang memiliki nilai pH yang telah melebihi netral juga memilki kwalitas
yang kurang baik, sebab dengan pH basa ternyata nilai kandungan zat terlarut
juga tinggiu. Bersarakan indikator pengamatan menunjukkan bahwa kwalitas air
terbaik adalah air dari kemumu dan yang paling jelek adalah air sungai hitam
bengkulu.
5.2
Saran
Adapun
saran yang dapat saya sampaikan untuk Praktikan diharapkan lebih teliti dan
cermat dalam melakukan segala bentuk praktikum. Selain itu Praktikan diharapkan
utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan percobaan ini. Yang terakhir
Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan
yang ada saat praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Kurnia U 2004.
Prospek Pengairan Pertanian Tanaman Semusim Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian 23(4), hal: 130-139, 2004
Noordwijk. M.
V. dkk. 2004. Peranan Agroforestri dalam Mempertahankan
Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Jurnal Agrivita 26(1): 1-8.
Sitti 2011. Daerah Aliran Sungai (Das) sebagai Satuan
Unit Perencanaan Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan. Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor.
Susila, A. D. dan
R. Poerwanto. 2013. Irigasi dan
Fertigasi. Modul IX – Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor
: Institut Pertanian Bogor.
Zimmerman, J.D.
1966. Irrigation. Wiley and Sons. Inc.Company Ltd. Japan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar